Sebagai Permaisuri Sultan Harun ar-Rasyid, Raja Dinasti Abbasiyah ke 5 yang memerintah di Baghdad, Irak (786-803), Ratu Zubaidah mendapat gelar Shaahibah Al Yad Al Baidlo (Sang Dermawan, Penyedia Air Minum Jamah Haji).
Selama hidupnya, Ratu Zubaidah mendampingi suaminya Sultan Harun Ar Rasyid yang memimpin Dinasti Abbasiyah di Baghdad Irak dengan gilang-gemilang, sehingga menjadikan Ibukota Baghdad waktu itu mendapat julukan sebagai Kota Seribu Satu Malam.
Nama dan Gelarnya
Namanya : Amah Al ‘Aziz binti Jakfar bin Abu Jakfar Al Mansur.
Gelarannya Zubaidah yaitu: si cantik yang sangat putih bersih kulitnya , lemah lembut dan jenius.
Ia memancarkan karisma tersendiri di kalangan wanita Arab di zaman keemasan kerajaan Islam.
Tepat kata adagium/pepatah: Dibelakang pria hebat seperti Raja Harun Ar Rasyid, pasti ada sosok wanita kuat, itulah Ratu Zubaidah binti Jakfar.
Pendidikan
Ratu Zubaidah menjadi wanita genius dan seambrek pengalaman, bukan karena ia dari keturunan Raja dan hidup di lingkungan istana.
Tetapi ia belajar secara formal di lembaga pendidikan umum, tempat rakyat biasa menimba ilmu.
Itulah sebabnya ia lalu mengelontorkan dana yang cukup besar untuk merubah Kota Baghdad menjadi Kota Ilmu dan Kebudayaan.
Ia sendiri tampil sebagai penyair. Ia gubah banyak syair dan gurindam. Ia tampil sebagai ilmuwan.
Ia terlibat dalam perdebatan dengan para ilmuwan baik dalam soal politik, ekonomi dan kenegaraan.
Ketaatannya Beragama
Meski Ratu Zubaidah sibuk mendampingi kegiatan suami sebagai raja yang kekuasaannya luas sekali. Ia masih mengajak suaminya pergi haji sampai 9 kali.
Ia membangun Istana di sebelah barat sungai Dajlah, Baghdad. Ia namai istana itu dengan Istana Zubaidah dan Istana Darul Qoror (Tempat Mengambil Keputusan).
Ia membiayai 100 orang budak untuk menghafal Alquran di dalam istana itu. Sehingga di dalam istana selalu terdengar sahdu berdengung seperti suara lebah.
Dalam salah satu perjalanan hajinya, ia melihat kerusakan jalan antara Kufah Irak Selatan sampai ke Makkah, ia juga mendapatkan jamaah haji kesulitan air dalam perjalanan ke Tanah Suci.
Ia melihat betapa pedihnya penduduk Makkah yang kekurangan air karena terjadi musim kering yang lama disana.
Ia kemudian dengan team insinyurnya menyusun program besar pembangunan jangka panjang dan untuk fasilitas jamaah haji kedepannya. Dengan biaya yang spektakuler.
Diantaranya:
(1) Ia perbaiki jalan antara Kuffah Irak Selatan sampai ke Mina. Ia gali 100 (seratus) sumur lengkap dengan kamar mandinya sepanjang jalan itu. Didirikan juga Masjid Besar dengan nama “Masjid Zubaidah Ummi Jakfar“.
(2) Ia dan team insinyurnya memperdalam sumur Zamzam, sehingga nampak airnya jernih penuh melimpah dan membuat saluran . saluran pipa di atasnya.
(3) Ratu Zubaidah membeli lembah Hanin dengan koceknya sendiri. Satu lembah di dataran tinggi antara Thaif dan Makkah. Digalinya sumur disitu dan dialirkan ke bawah ke kota Mekkah sehingga penduduk Makkah kecukupan air.
(4) Ia membangun lampu mercusuar yang tinggi disamping Jabal Rahmah – Arofah agar di malam hari jamaah haji mendapat panduan posisinya disaat malam sebelum Wukuf dan malamnya sesudah Wukuf.
Keempat proyek raksasa tersebut diselesaikan pembangunannya bersama para insinyur Dinasti Abbasiyah selama 10 tahun dan menelan biaya sebesar 1.700.000 Dinar setara dengan:
1.700.000 X Rp.9.500.000/1 Dinar = Rp.16.201.000.000.000 (Enam belas trilun dua ratus satu milyar rupiah).
Ia berkata kepada para insinyur, “ Kalau masih dirasakan ada kekurangan dana untuk membangun jalan dan sumur-sumur di atas, jangan segan-segan untuk meminta tambahan biaya kepada saya.”
Sungguh tepat gelar yang diberikan kepada Ratu Zubaidah binti Ja’far istri Raja Harun Ar Rasyiid dengan gelar: “Wanita dermawan, peduli sarana dan prasarana ibadah haji, jenius, cinta seni dan budaya” sehingga membuat Ibu Kota Baghdad gemerlap seperti Kota 1001 malam.
Wafat
Zubaidah binti Jakfar bin Abu Jakfar Al Mansur wafat pada tahun 831 M. Rahimahallah Zubaidah binti Jakfar. Semoga Allah Merahmati Zubaidah binti Jakfar.
Nasrun Minallah wa Fathun Qoriib wa Basysyiril Mukminin.
Sumber: Al Jazirah
صَاحِبَةُ الْيَدِ الْبَضَاءِ وَ سَاقِيَّةُألْحَجيْجِ- اَلْحَيَاةُ الْحَافِفِلَةُ لِزُبَيْدَةِ زَوْجَةِ هَارُوْنِ الرَّشِيْدِ
Shaahibah Al Yadil
Baidlooi wa Saaqiyyah Al Hajiij Al Hayyat Al Haafilah Li Zubaidah Zaujat Harun Ar Rasyiid.
www.aljazeera.net7women, 11 Juni 2024.
Penterjemah: M Sun’an Miskan.
Redaktur: Abdul Halim.