Menurut sejarah, stress adalah sesuatu yang baik selama si individunya mampu bertahan. Perubahan yang terjadi dari stress atau tekanan di dalam tubuh akan menjadikan nenek dan kakek moyang kita lebih kuat untuk melawan seekor predator atau kabur secepatnya dari tempat.
Perbedaan besar antara pengertian stress masa lalu dengan masa kini bukanlah karena para penghuni gua tidak dapat mengirim dan menerima email atau posting feed ig.
Namun, pada masa lalu, stress yang mereka alami cenderung datang dan pergi, umumnya hanya berupa stress hidup atau stress mati, misalnya harimau yang mengejar atau bencana kelaparan. Persoalan hidup seputar mencari makan, memasak, membuat api unggun, bertahan dari terpaan cuaca, dan semua itu adalah persoalan kehidupan yang “sederhana”.
Di masa kini, kita “seakan-akan” tenggelam dalam lautan stress dengan ombak demi ombak datang silih berganti menghempas. Kita kewalahan membagi energy dan perhatian untuk lebih banyak hal.
Kita sering mengandaikan stress bagai sepasang sepatu, satu ukuran untuk banyak orang. Nyatanya, stress memiliki wujud dengan ukuran, bentuk dan intensitas yang berbeda-beda.
Reaksi biologis stress itu bekerja membantu kita hanya untuk sesaat, tetapi jika stress terus berlanjut tanpa diredakan, reaksi-reaksi biologis itu akan berdampak buruk.
Bagaimana prosesnya ? diawali oleh beberapa senyawa kimia yang diproduksi oleh otak, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan mempengaruhi setiap system didalam tubuh.
Di dalam bukunya “Smart Healing: Jika anda benar-benar ingin sembuh dan selalu sehat”, dr Rb Santoso seorang coach, penulis dan dokter onkologi menjelaskan proses kimia dan biologi stress yang secara spesifik terjadi melalui interaksi antara system saraf dan hormon-hormon stress.
Foto/Twitter
Stress dan respond emosional terhadap sebuah kejadian akan mengubah kadar senyawa kimia di dalam aliran darah. Perubahan ini tentu saja akan mempengaruhi kerja dari system imun.
Namun dari penelitian diketahui pula bahwa sel-sel dari system imunjuga memberikan respond terhadap komunikasi antar sel saraf. Hal ini berarti bahwa sel-sel saraf dapat mempengaruhi system imun secara langsung.
Prinsip ini memunculkan hipotesis bahwa proses mental seperti meditasi, visualisasi, belief dna value seseorang mampu mempengaruhi system imun secara langsung
Maka berJedalah, melambat sejenak, melaun sekejap.
Foto/Twitter
Bila dilakukan secara berkesadaran, akan membantu meningkatkan keterampilan dalam mengelola stress diantaranya menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, meningkatkan kadar hormon penenang seperti serotonin, dopamin serta endorfin dan menurunkan kortisol, si hormon stress.
Dengan mengalami stress di masa lalu, respond stress kita cenderung menjadi jauh lebih kuat dan relatif kita akan mampu mengatasi stress dengan lebih baik di masa mendatang.
Mungkin inilah yang dimaksudkan dalam kutipan “segala sesuatu yang tidak dapat menghancurkan kita akan menjadikan kita lebih kuat”. (sinse_novi)