Peninggalan masa megalitik di Pasemah telah menjadi perhatian dunia internasional sejak tahun 1850 karena hasil laporan dari Letnan S. Ullman yang kemudian menarik minat para peneliti lain untuk mengetahui lebih detail megalitik Pasemah.
Sebut saja Tombrink, Westenenk, Forbes, hingga Dr.Van der hoop yang melahirkan buku Megalithic Remains in South Sumatra pada tahun 1932.
Tidak sampai disitu beberapa peneliti dari berbagai negarapun terus berdatangan untuk meneliti, membuat buku, tesis dan mengenal lebih jauh lagi megalitik Pasemah.
Pada tahun 2007 Lonely Planet yang berkantor di Australia menulis dalam bukunya bahwa salah satu contoh terbaik megalitik di Indonesia adalah Situs Megalitik Tinggihari.
Selanjutnya pada tahun 2012 Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan Kabupaten Lahat sebagai Pemilik Situs Megalitik Terbanyak dan sertifikat juga diberikan kepada Panoramic of Lahat sebagai Kolektor Data Megalitik Terbanyak.
Dari waktu ke waktu situs megalitik yang ditemukan terus bertambah jika pada tahun 2012 terdata ada 42 situs megalitik di Kabupaten dan pada tahun 2023 sudah mencapai 69 situs megalitik.
Lalu tahun 2024 ini telah bertambah 1 situs lagi dan menjadi situs pertama yang ditemukan di Kecamatan Mulak Sebingkai.
Selama ini di Kecamatan Mulak Sebingkai belum diketahui adanya situs megalitik tetapi pada bulan Oktober 2024 kami mendapatkan laporan adanya lumpang batu berlubang dua di Desa Talang Padang Kecamatan Mulak Sebingkai.
Laporan pertama datang dari juru pelihara Situs Megalitik Batu Tiang di Desa Geramat yang membagikan foto lumpang batu berlubang dua dengan tulisan “Lokasi Talang Padang baru ketemu”.
Laporan yang dibagikan di grub whatsapp Cagar Budaya Kab.Lahat pada hari Rabu tanggal 16 Oktober 2024.
Dari laporan singkat di grub whatsapp ini langsung kami tindaklanjuti dengan mendatangi lokasi lumpang batu tersebut.
Pada hari Jumat tanggal 18 Oktober 2024 tim Panoramic of Lahat yang terdiri dari Mario Andramartik dan Bayu K Purwanto dengan mengendarai sepeda motor menuju lokasi lumpang batu. Perjalanan dari Kota Lahat menuju Desa Talang Padang Kecamatan Mulak Sebingkai memakan waktu sekitar 45 menit atau jarak 33 km.
Dari Kota Lahat menuju arah ke Pagar Alam, di Desa Kedaton setelah tanjakan Terkul ada simpang tiga yang sering disebut Simpang Pagun belok ke arah kiri lalu menyusuri jalan yang mulus dan berliku ini.
Setelah melintas jembatan sungai Mulak belok ke kanan ke arah Kantor Camat Mulak Sebingkai dan terus mengikuti jalan ini hingga pertigaan di Desa Keban Agung, selanjutnya belok ke kiri jalan ke arah Kecamatan Pagar Gunung.
Jalan ke arah Mulak Sebingkai ini dalam kondisi sangat baik selain jalan aspal yang mulus juga lebarnya memadai sehingga kendaraan roda empat dengan mudah berpapasan.
Kami tidak langsung ke Desa Talang Padang dimana lumpang batu berada tetapi kami menuju Desa Lubuk Dendan yang masih bertetangga dengan Desa Talang Padang.
Di desa ini kami menemui seorang pemuda bernama Doni Heryansyah (26) yang sebelumnya sudah kami hubungi melalui juru pelihara Taufik Hidayat.
Setelah bertemu dengan Doni kami langsung bergegas untuk menuju lokasi lumpang batu walaupun awalnya Doni dan orang tuanya mengajak kami untuk minum kopi.
Kami menuju lokasi lumpang batu dengan mengendarai dua sepeda motor, Doni bersama Mario dan Bayu bersama Indirman (bapaknya Doni).
Dari Desa Lubuk Dendan dengan menyusuri jalan setapak menuju Desa Talang Padang, lalu masuk ke jalan aspal menuju Desa Talang Padang kemudian menyusuri jalan setapak di tepi persawahan yang dikenal dengan sebutan ataran Karlantang dengan pemandangan hamparan sawah yang baru saja ditanami padi.
Setelah Ataran Karlantang kami memasuki kebun kopi yang bercampur dengan kebun karet dan setelah menempuh perjalanan sekitar 250 m tibalah kami di lokasi lumpang batu tepat di sisi kanan jalan.
“Aku dek keruan ini batu ape, walaupun aku lah liwat batu ini lah lebih 40 tahun sejak aku diajak bapangku dulu,” tutur Indirman.
“Aku pule dek keruan batu ape ini, setahu aku ini Batu Betekuk karene ade due lubang diketuki,” ujar Doni menambahkan cerita bapaknya.
Setelah kami sampaikan bahwa batu ini adalah lumpang batu dan merupakan peninggalan masa megalitik barulah mereka tahu bahwa batu ini merupakan batu yang punya nilai budaya.
Jenis lumpang batu berlubang dua yang berada di ataran Talang Begusur Desa Talang Padang, Kecamatan Mulak Sebingkai ini mempunyai kemiripan dengan lumpang batu lainnya seperti di situs megalitik Tinggihari I, Batu Tigas, Bandar Aji, Pajar Bulan, Batu Tiang, dan Baturang Jarai.
Lumpang batu mempunyai pelipit atau pembatas dengan ukuran panjang 170 cm, lebar 66 cm, mempunyai 2 lubang dengan masing-masing lubang berdiameter sama yaitu 17 cm dan kedalaman yang sama pula yaitu 17 cm.
Ketika kami sedang mengukur lubang lumpang batu yang memiliki ukuran persis sama baik diameter dan kedalamanya hal ini membuat Indirman tersenyum heran dan kagum bagaimana manusia masa itu membuatnya.
Aku melihat seputaran lumpang batu yang ditanami pohon kopi dan karet, aku tidak melihat adanya batu lain kecuali lumpang batu ini tetapi aku menduga bakal ada batu lain yang merupakan peninggalan masa megalitik di lokasi ini, tak mungkin cuma satu lumpang ini saja dan akhinya aku bertanya “ade batu lain dide di sekitar ini” dan pertanyaanku ini di jawab oleh Doni “ ade disane” sambil Doni mengajak kami ke arah batu yang dimaksud.
Kamipun berjalan bersama dan meninggalkan kedua motor yang membawa kami kesini. Sekitar 250 m tibalah kami di batu yang dimaksud Doni dengan batu kecik (kecil).
Ternyata adalah lumpang batu lagi dan menjadi lubang batu kedua di lokasi ini. Pada awalnya terlihat lumpang batu berlubang satu tetapi setelah dibersihkan rumput dan tanahnya (agak miring) maka terlihatlah dua lubang.
Lumpang batu kedua ini mempunyai panjang 120 cm, lebar 95 cm, diameter pertama 20 cm dan lubang kedua 17 cm.
“Oiiii…..kami dek pernah ngeruani batu ini, kami liwat-liwat saje,” ujar Indirman yang telah berkebun di sini di ajak bapaknya sejak 40 tahun lalu.
Hal seperti ini pernah kami alami ketika kami ke Desa Bandar Aji Kecamatan Jarai dimana warga yang setiap hari melintas di lumpang batu tidak mengetahui bahwa batu tersebut mempunyai nilai budaya yang tinggi.
Begitu juga ketika kami ke Desa Padang Perigi Kecamatan Tanjung Tebat tak ada warga yang mengetahui keberadaan situs megalitik di desanya.
Adanya temuan 2 lumpang batu di Desa Talang Padang Kecamatan Mulak Sebingkai maka menambah jumlah situs yang ada di Kabupaten Lahat menjadi 70 situs megalitik dan merupakan temuan pertama dan satu-satunya di wilayah Kecamatan Mulak Sebingkai.
Kamipun Panoramic of Lahat merasa senang dan bangga dengan diketahuinya situs Megalitik Batu Betekuk dan menjadi pihak luar pertama dari desa yang berkunjung kesini.
Taufik Hidayat yang pertama kali membagikan informasi belum berkunjung ke lumpang batu ini.
Setelah merasa cukup dan kamipun putuskan untuk kembali ke rumah Indirman di Desa Lubuk Dendan.
Dalam perjalanan kembali aku masih dibonceng oleh Doni dan ketika di ataran persawahan Karlantang aku minta Doni untuk berhenti karena aku melihat satu batu berlubang satu di sawah persis di tepi jalan setapak.
Kamipun berhenti dan aku langsung mendekati batu berlubang satu tersebut, setelah aku amati lalu Indirman, Doni dan Bayu meraba batu tersebut dengan tangannya dan ternyata batu tersebut mempunyai 3 lubang akan tetapi 2 lubang tertutup tanah dan air sawah.
Jadi batu yang awalnya mempunyai satu lubang merupakan Lumpang Batu Berlubang Tiga.
Setelah memperhatikan lingkungan sekitar kami berkeyakinan lokasi inipun merupakan situs megalitik karena di persawahan ini terlihat banyak batu-batuan tetapi kami tidak mendatangi satu per satu batuan tersebut karena hari Jumat dan kami khawatir tidak bisa shalat jumat bila langsung menelusuri batuan yang ada di persawahan ataran Karlantang.
Lalu kami kembali ke rumah Indirman untuk melaksanakan shalat Jumat dan makan siang, selanjutnya kami berdua kembali ke Kota Lahat dengan melintas jalan ke arah Kecamatan Pagar Gunung lalu menuju Desa Talang Sejemput, Kecamatan Lahat Selatan.
Sepanjang perjalanan dari Mulak Sebingkai jalan aspal dalam kondisi terbaik bahkan sepanjang jalan di wilayah Kecamatan Mulak Sebingkai sudah diperlebar menjadi lebih lebar dari sebelumnya.
Setelah melintasi Desa Karang Agung menuju Desa Talang Sejemput kami melihat pekerja sedang melakukan pelebaran jalan dengan cor beton pada satu sisi sehingga terlihat lebih lebar dan pada sisi sebelahnya juga sudah terlihat bahu jalan digali dan kemungkinan akan di cor beton juga, jika jalan dari Karang Agung menuju Talang Sejemput ini selesai di cor kedua sisinya maka menjadi lebar yang membuat pengguna jalan aman dan nyaman.
Semoga dengan adanya temuan ini pihak-pihak terkait dapat menindaklanjuti agar peninggalan budaya di Kecamatan mulak Sebingkai dapat terjaga dan lestari, Salam Budaya… Salam Lestari…Budaya Indonesia.
Mario Andramartik
Ketua Panoramic of Lahat