Home Lifestyle Surup, Sebuah Ritus Waktu Menata Kematian

Surup, Sebuah Ritus Waktu Menata Kematian

by Slyika

Sinopsis. Dalam bahasa Jawa, kata surup menunjukkan waktu menjelang malam/senja/petang yang merupakan batas ambang dari terang (sore) menuju kegelapan (malam).

Surup adalah siklus waktu yang terusbergulir sebagai tanda atau peringatan bahwa dalam masa ambang atau masa peralihan itu hendaknya tiap orang berada dalam rumah.

Mitos ini bermakna bahwa masa ambang atau surup itu merupakan titik balik bahwa usia senja manusiaakan mulai berhadapan dengan kondisi tubuh yang semakin menurun: menua dan ringkih, fungsi fungsitubuh sudah mulai melemah, tubuh harus menghadapi serangan berbagai macam penyakit hingga batasajalnya.

Oleh karenanya pada masa ambang itu orang diwajibkan melakukan laku tirakat (keprihatinan)mulai membatasi hal yang bersifat keduniawian guna mempersiapkan diri menuju kematian yangsempurna.

Konsep, Interogasi Tubuh 

Tubuh adalah sebuah entitas yang mengalami banyak kontaminasi, intervensi, intimidasi dan polarisasiterhadap otoritasnya.

Masyarakat suku Jawa (Indonesia), ketika bayi dalam kandungan menginjak usia 7 bulan, dilakukan upacara Tingkepan guna mohon diberi kesempurnaan ketika bayi lahir sekaligus untuk menerawang kelak bayi yang akan lahir berjenis kelamin laki laki atau perempuan.  

Ketika bayi lahir diperingati dengan upacara melek an dengan membacakan tembangtembang secara bergiliran untuk memasukkan pesanpesan atau petuah moral dan falsafah hidup sebagai bekal menghadapi dunia nyata.

Di usia 3 bulan, bayimulai dikenalkan dengan tanah melalui upacara Tedak Sinten/Mudhun Lemah.

Bayi akan dimasukkanke dalam kurungan ayam yang dihias dan di dalamnya disediakan berbagai macam benda untuk dipilih bayi sebagai simbol kelak bayi itu akan memilih bidang pekerjaan atau profesi apa ketika dewasa.

Ketika menginjak remaja, anak laki laki harus dikhitan (memotong ujung kulit kelamin), melalui upacara Sunatan sebagai tanda bahwa mulai tumbuh dewasa.

Selebihnya di usia dewasa diharapkan untukmelakukan upacara Poso Mutih (tidak makan dan minum yang berasa), Poso Weton (hari kelahiran berdasarkan pasaran).

Tubuh dibentuk oleh spiritualitas, mitosmitos, dogma, kultur danekosistemnya.

Pada realitas yang lain saat ini, dunia modern telah mengusung budaya baru yang lebih bersifat rasionaldan canggih.

Kehidupan manusia (tubuh) modern dipengaruhi dan dibentuk media informasi, aturanformal pemerintah, treatment kecantikan atau rekayasa tubuh yang lain serta produk pabrikan/ industri yang bertolak dari unsurunsur spiritualitas dan menghancurkan mitosmitos.

Oleh karenanya interogasi terhadap tubuh menjadi penting untuk menemukan kembali identitas danotoritas tubuh guna mengulik kontaminasi, intervensi, intimidasi dan polarisasi terhadap tubuh.Bagaimana kebiadaban perilaku manusia bisa tercipta dari tubuh manusia: kekejaman perang yang lebih banyak membantai perempuan dan anakanak, pabrikpabrik serta bangunan megapolitan yang banyakmenghancurkan lingkungan alam, dan sebagainya.

Konsep teater tubuh yang kultural yang menjelajah ruang ruang fatalistik.

Sutradara     : Luhur Kayungga.

Aktor             : Nur Hayati,  Naryo Pamenang, Galuh Tulus Utama, Slamet Gaprax, Dedi Obenk, Muhammad Saleh.

Pimpinan Produksi : Turah Hananto.

Humas                      : Endang Pergiwati.

Stage Manager        : Masbro Dayat.

TAI (Teater Api Indonesia)

(Jaringan dan Informasi Seni Budaya )

Akte Notaris      : 1337/Yayasan/XII/2013.                                                                                

Kantor                : Jalan. Kapas Gading Madya III D No.19 Surabaya Indonesia 60134.

Email                 : teaterapi@gmail.com

Biografi TAI

Teater Api Indonesia (TAI) Surabaya, berdiri tanggal 31 Juli 1993 berdasarkan kesepakatan beberapa aktivis teater di Surabaya yang prihatin kondisi berbagai komunitas teater di Jawa Timur terutama Surabaya.

Bisa dikatakan TAI merupakan perjalanan pencarian teater di sebuah kota yang kering seperti Surabaya.

Orangorang yang mendukung kelompok ini merupakan orangorang dari berbagai kelompok teater yang melakukan pencarian dalam iklim kreativitas yang kurang konduksif dan akhirnya membawa mereka bergabung dalam kelompok TAI dengan citacita membuka kesan tertutup kehidupan teater di Surabaya selama ini.

Serta mencari kemungkinankemungkinan lain dalam dunia teater. Karena teater di Surabaya atau Jawa Timur dipahami sama dengan dunia drama tahun 80-an, tanpa melupakan kelompok kelompok lain yang berusaha merubah citra ini.

Untuk membuka ketertutupan itu programyang sedang dijalankan adalah melakukan berbagai pertunjukkan dan dialog ke berbagai kota.

Sejak awal berdiri tahun 1993 hingga saat ini TAI merupakan kelompok selalu melakukan tour pementasan karyanya di berbagai kota di Indonesia.

Adapun orangorangnya adalah orang dari berbagai kota dan latar belakang profesi: pengamen, driver, akademisi, jurnalis, NGO, dan sebagainya.

You may also like

Leave a Comment