Home Lifestyle Waspada Stres yang Terselubung: Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat

Waspada Stres yang Terselubung: Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat

by Slyika

Stres tidak selalu datang dalam bentuk yang dramatis. Kadang ia datang diam-diam. Menyusup lewat rutinitas yang terlalu padat, ekspektasi yang diam-diam menyiksa, atau perasaan bersalah yang tak pernah selesai.

Dan parahnya, banyak dari kita tak sadar sedang mengalaminya.

Kondisi ini disebut sebagai stres terselubung, stres yang tidak dikenali secara langsung karena kita telah “terbiasa” hidup di dalamnya.

Lama-lama, ia bisa mengikis daya tahan fisik, emosional, bahkan makna hidup.

Kenapa Stres Bisa Terselubung?

Tubuh manusia sangat adaptif. Ketika tekanan terjadi secara terus-menerus, tubuh kita mencoba “menyesuaikan diri”, seolah itu adalah normal baru. Kita tetap tersenyum, tetap produktif, tetap terlihat kuat.

Padahal dalam diam, tubuh dan jiwa mulai lelah. Stres terselubung ini kerap muncul pada orang yang tampak kuat dan selalu menolong orang lain, ibu rumah tangga atau caregiver, pekerja keras dengan beban mental tinggi dan penyintas trauma yang belum diproses.

5 Tanda Stres Terselubung yang Sering Diabaikan

1.⁠ ⁠Selalu Lelah, Bahkan Setelah Tidur

Bangun tidur tapi rasanya seperti belum istirahat. Ini bukan semata kurang tidur, tapi bisa jadi tanda sistem saraf terlalu lama dalam mode fight or flight.

2.⁠ ⁠Kehilangan Minat pada Hal yang Dulu Menyenangkan

Apakah kamu merasa datar, tidak tertarik lagi pada hobi atau kegiatan yang dulu membangkitkan semangat? Ini bisa jadi tanda sistem emosi sedang “shutdown”.

3.⁠ ⁠Sering Sakit Ringan yang Tak Kunjung Hilang

Masuk angin terus, flu ringan, maag kambuh, atau punggung pegal terus-menerus—bisa jadi itu bentuk lain dari stres yang disimpan tubuh.

4.⁠ ⁠Mudah Tersinggung, Tapi Juga Mudah Menyalahkan Diri

Stres yang tidak tersalurkan bisa membuat kita jadi reaktif ke orang lain, atau justru terlalu keras ke diri sendiri. Pola ini sangat umum terjadi pada stres kronis.

5.⁠ ⁠Overthinking dan Kecanduan Aktivitas “Melarikan Diri”

Scroll media sosial berjam-jam, ngemil tanpa sadar, binge-watching hingga lupa waktu—semuanya bisa jadi cara otak menenangkan diri secara instan, tapi bukan menyelesaikan akar masalahnya.

Apa yang Bisa Kita Lakukan? 

Stres terselubung tidak akan sembuh dengan motivasi keras atau berpura-pura kuat. Kita butuh ruang aman, jeda, dan koneksi yang memulihkan.

Berikut ini beberapa langkah kecil yang bisa mulai dicoba hari ini juga:

1.⁠ ⁠Periksa Perasaanmu, Bukan Hanya To-Do List-mu

Tanya diri sendiri tiap pagi: “Apa yang sedang aku rasakan hari ini?”
Tuliskan jawabannya, walau hanya satu kata.

2.⁠ ⁠Ganti ‘Aku Harus’ dengan ‘Aku Memilih’

Alih-alih berkata, “Aku harus kuat,” coba ubah jadi, “Aku memilih untuk beristirahat agar bisa pulih.” Kata-kata menciptakan energi berbeda.

3.⁠ ⁠Bicaralah, Meski Pelan-Pelan

Entah pada teman, konselor, atau lewat tulisan di jurnal, ungkapkan. Kata-kata bisa jadi pintu awal untuk memahami rasa.

4.⁠ ⁠Rancang Jeda Mikro

Buat jeda 5–10 menit dalam hari-harimu. Tarik napas dalam-dalam. Lihat langit. Dengarkan lagu. Tutup mata dan diam. Jeda ini bukan kemewahan, tapi penyelamat.

5.⁠ ⁠Jangan Lupakan Tubuhmu

Cukup minum air, tidur yang cukup, peregangan ringan—itu semua bentuk cinta yang konkret untuk tubuh yang sudah menampung begitu banyak tekanan.

Stres Bukan Tanda Kelemahan, Tapi Undangan untuk Mendekat ke Diri Sendiri

Dalam rubrik edukatif #PelanPelanPulih ini, saya percaya bahwa kita semua layak punya ruang untuk merasa tanpa dihakimi. Kelelahan emosional bukan aib, dan ingin beristirahat bukan tanda gagal.

Pendekatan holistik mengajak kita untuk tidak hanya “berfungsi”, tapi juga merasakan hidup. Kita diajak menyambung lagi benang antara tubuh dan hati yang mungkin sudah lama terputus karena sibuk mengejar “harus ini itu”.

Penulis: Tio Novi

Catatan Redaksi:
Rubrik ini hadir sebagai upaya kecil tapi bermakna untuk menghadirkan edukasi yang membumi, menyentuh, dan manusiawi.

Karena di balik berita tentang dunia luar, ada dunia batin yang juga perlu diberitakan—yaitu hatimu sendiri.

You may also like

Leave a Comment