Home Hobi Sering Digandeng Event Perusahaan Besar, Komunitas Tarot Jakarta Tampilkan Entertain Dengan Cara Unik

Sering Digandeng Event Perusahaan Besar, Komunitas Tarot Jakarta Tampilkan Entertain Dengan Cara Unik

by Slyika

Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata tarot? Umumnya orang mengenal tarot sebagai kartu ramalan. Sedangkan ramalan identik dengan aktivitas klenik dan perdukunan. Hal ini tentu membuat sebagian orang apatis dengan keberadaan pembaca kartu tarot karena dianggap bertentangan dengan norma agama.

Pemikiran seperti inilah yang ingin diluruskan oleh Komunitas Tarot Jakarta. Tentunya menjadi tantangan tersendiri, sebab sebagian orang memandang sebelah mata bahkan mencibir.

Sering dianggap orang aneh, membuat Komunitas yang terbentuk sejak 12 Maret 2017 ini semakin termotivasi untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas jika sebetulnya peran tarot reader lebih kepada memberi solusi, bukan meramal. Ibarat seperti GPS yang bisa memberikan petunjuk arah jalan, teknik membaca kartu tarot pun seperti itu. Jadi berbeda dengan ramalan.

“Tarot terdiri dari 78 kartu yang berisi simbol dan gambar tertentu. Ketika seseorang datang untuk berkonsultasi, biasanya mereka akan memilih kartu. Tugas tarot reader adalah membaca simbol dan gambar dari kartu yang sudah dipilih itu. Semua ada dalam buku teori tarot. Jadi bukan sekedar lihat, baca, lalu asal-asalan menebak. Untuk memberikan interpretasi mengenai gambar dan simbol yang ada di setiap kartu juga tidak mudah. Sebagai tarot reader, kita harus hafal semua simbol, gambar beserta teorinya,” ungkap Dedy Darmawan, Ketua Komunitas Tarot Jakarta.

Dedy Darmawan, Ketua Komunitas Tarot Jakarta

Namun ada 4 pertanyaan yang enggan dijawab oleh Komunitas Tarot Jakarta, yakni pertanyaan tentang masa depan, nominal (jumlah, angka), yes or no question, dan pertanyaan yang mengandung unsur negatif.

“Kita tidak bisa mendahului takdir. Tarot reader hanya bisa memberikan arahan atau petunjuk, bukannya memastikan. Misalnya memberi kepastian. Si A pasti jadi jodoh kamu. Tidak seperti itu,” kata Dedy sembari menegaskan kembali jika tarot bukan ramalan.

Sebelum pandemi, Komunitas yang memiliki 1400 anggota di Facebook ini sudah memiliki aktivitas rutin. Mereka  bekerja sama dengan beberapa kafe dan mall. Siapa saja yang ingin melakukan konsultasi bisa bertemu dengan para anggota komunitas disana. Biaya konsultasi yang dibebankan biasanya dihitung per jam.

Sayangnya semenjak pandemi, semua jadwal yang sudah disusun rapi terpaksa dihentikan. Sementara ini kegiatan konsultasi dilakukan secara online. Bukan hanya dari Indonesia saja, Dedy mengatakan jika banyak juga klien yang asalnya dari Paris, Korea, New Zealand, dan Inggris.

“Biasanya yang konsultasi kebanyakan ibu rumah tangga, pekerja kantoran dan lajang. Mereka kurang bisa mengekspresikan kondisi pikiran di luar sana. Mungkin karena stres, tekanan pekerjaan, gak punya tempat curhat. Akhirnya  tumpah semua uneg-uneg. Sambil membacakan kartu tarot, kita juga harus jadi pendengar yang baik. Setelah ngobrol dan curhat, biasanya mereka lebih happy karena merasa dapat solusi. Jadi kita lebih treat klien secara personal. Harapan saya pandemi segera berlalu supaya kita bisa punya jadwal teratur lagi di beberapa mall dan kafe seperti biasanya,” jelas Dedy.

Komunitas Tarot Jakarta juga beberapa kali digandeng perusahaan besar untuk memeriahkan event. Misalnya saja acara Chinese Year di Mall Pacifik Place, acara Traveloka, acara Lamborgini, acara gathering nasabah bank, dan masih banyak lagi lainnya. Ini tentu menjadi suatu hal yang menarik. Hiburan yang disajikan para tarot reader tentunya memiliki keunikan tersendiri.

“Nyanyi, sulap, menari, itu hiburan yang umumnya ada di setiap event. Pengunjung yang melihat senangnya hanya sesaat. Beda dengan membaca tarot. Pengunjung yang datang ke acara bisa konsultasi secara langsung dan pulang dengan hati lebih bahagia karena bisa mendapatkan solusi. Nanti ujungnya, yang diingat bukan tarot readernya, tapi acaranya. Eh tadi aku dibacain kartu tarot di acara A loh, atau di acara B. Secara gak langsung kan jadi promosi dari mulut ke mulut juga bagi perusahaan yang ngundang kita,” ujar Dedy.

Walaupun mengusung nama Komunitas Tarot Jakarta, tetapi anggotanya ternyata bukan hanya berasal dari DKI Jakarta saja. Banyak orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap tarot yang asalnya dari Sabang sampai Merauke. Momen berkumpul menjadi ajang silaturahmi.

“Kami saling sharing informasi dan wawasan sambil diskusi juga. Biasanya yang kita bahas tentang aktivitas sehari-hari. Misal ada anggota yang punya masalah, kita bahas bersama dan cari solusi. Gak boleh ada yang merasa lebih pintar atau hebat. Semua disini sama. Kita berusaha untuk terus kompak dan solid,” pungkas Dedy. (slyika)

 

 

You may also like

Leave a Comment