MAGELANG – Usia boleh saja muda, tapi karya tak kalah melebihi batas. Itulah Rayndra Syahdan Mahmudin, pemuda 27 tahun itu sukses menjadi peternak berkonsep modern, dan didaulat sebagai Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI.
Berawal 2016, Rayndra mendapat bantuan program Pertumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian dari Kementerian Pertanian senilai Rp30 juta.
Bantuan tersebut berbentuk permodalan untuk bisnis peternakan kambing dan domba.
“Saya menjadi salah satu penerima program dari Kementerian Pertanian saat itu,” ujar Rayndra saat ditemui di Dusun Semen Desa Trenten, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Kamis (6/10/22).
Baginya, itu adalah kesempatan terbaiknya dalam menekuni dunia pertanian, terutama sektor peternakan.
Rayndra merupakan lulusan SMKN 1 Ngablak jurusan pertanian, kemudian dilanjutkan S1 di Politeknik Pertanian Yogyakarta-Magelang, jurusan Peternakan.
“Jadi memang sektor pertanian ini dipandang rendah, terutama oleh generasi milenial. Kenapa saya memilih ini, karena memang saya berada di lingkungan pertanian, saya berasal dari SMKN 1 Ngablak jurusan pertanian S1 juga di politeknik pembangunan pertanian jurusan peternakan di Yogyakarta-Magelang, dan S2 juga mengambil agribisnis,” lanjutnya.
Pilihannya itu pun bukannya tidak menemui hambatan. Pemuda kelahiran Magelang, 29 November 1995 tersebut justru mendapat pertentangan dari keluarganya.
Karena dunia pertanian atau peternakan dianggap kurang menguntungkan.
“Tapi memang hambatannya cukup besar justru di lingkungan keluarga sendiri. Banyak yang tidak percaya kalau sektor pertanian itu menguntungkan. Tetapi saya berusaha membuktikan, dan alhamdulillah usaha saya di bidang pertanian menjadi baik, dan juga berkembang pesat,” lanjutnya.
Dari keseriusannya itu, peternakan kambing dan domba miliknya berkembang pesat.
Saat ini sudah ada tujuh kandang berkapasitas total 1.100 ekor, yang tersebar di Kecamatan Pakis dua tempat, Tegalrejo satu tempat, Candimulyo satu tempat, Kajoran satu tempat, Grabag satu tempat, dan Borobudur satu tempat.
“Jadi, selama manusia masih ada di dunia ini, tentu pasti butuh pangan, dan pangan tidak lepas dari sektor pertanian. Sehingga sektor pertanian ini sangat saya yakini menguntungkan,” ungkapnya.
Sistem Ternak Modern
Keberhasilan peternakan Rayndra tidak lepas dari sistem modern yang diterapkan.
Mulai dari penyediaan pakan kering sebagai pengganti serat rumput, sehingga peternakannya tidak harus ngarit atau mencari rumput.
“Kalau di peternakan kami di Cipta Visi Farm, saat ini kita memiliki tujuh kandang dengan kapasitas 1.100 ekor. Dan di tempat kami beternak tanpa ngarit, atau beternak dengan sistem pakan kering. Pakan diambil dengan memanfaatkan limbah ketela, pohon jagung, kulit kacang hijau, dan lainnya. Untuk protein bisa pakai konsentrat,” jelasnya.
Menariknya, peternakan miliknya diintegritaskan dengan potensi lokal lainnya, seperti perkebunan.
Jadi, limbah ternak dijadikan pupuk pohon kelapa, sehingga di desanya dikenal sebagai perkebunan kelapa organik.
“Dari perkebunan kelapa itu, kita bisa memproduksi gula semut. Perlu diketahui, akhir dari peternakan adalah awal pertanian, sedangkan akhir pertanian adalah awal peternakan. Itu yang harus dipegang,” paparnya.
Selain sistem yang modern, Rayndra juga membuka Sekolah Petani Milenial dan membuka permagangan, gratis bagi siapapun yang mau belajar.
“Semuanya gratis. Untuk Sekolah Petani Milenial ada 2.870 orang, dan magang 320 orang, mungkin akan terus bertambah,” imbuhnya.
Diharapkan, generasi milenial bisa mulai menerjuni dunia pertanian dan peternakan.
Karena mayoritas petani saat ini berusia di atas 45 tahun, peran generasi milenial sangat dibutuhkan untuk membangun manajemen dengan baik.
“Pertanian itu sudah maju, modern dan keren. Ini bentuk bisa menghadapi krisis pangan, karena bangsa pemenang adalah bangsa yang bisa menciptakan pangannya sendiri,” tandas Rayndra. (rel)