JAKARTA – Kurban bukan hanya kesalehan individu, namun juga kesalehan sosial. Ibadah yang dinanti umat Islam setiap Idul Adha tersebut, mampu menyelesaikan masalah sosial yang terjadi.
Untuk itu, semangat berkurban harus terus dilaksanakan umat Islam dalam keseharian mereka.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso saat dihubungi usai salat Idul Adha, pada Kamis (29/6/23).
Ia mengatakan, berkurban memiliki multiplayer effect atau efek berganda yang signifikan.
Kurban memiliki tempat tersendiri bagi umat Islam, karena bukan sekadar wujud kesalehan dan ketakwaan terhadap Allah, namun memberi manfaat kepada banyak pihak.
Menurutnya, pembagian daging kurban menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.
Dari sisi sosial kemasyarakatan, berkurban mampu meningkatkan membangun hubungan yang positif di tengah masyarakat.
“Warga bisa memberi tanpa pamrih dan bisa menerima dengan ikhlas. Dengan itu akan terbangun kekuatan sosial yang luar biasa,” ungkapnya.
Sementara daging yang dibagikan dapat meningkatkan asupan gizi masyarakat, yang berguna mencegah stunting.
“Idul Adha bisa menjadi momentum untuk pencegahan stunting. Terlebih lagi saat ini pemerintah sedang menggalakkan pencegahan stunting,” jelasnya.
“Jika pembagian daging kurban merata kepada masyarakat angka stunting dapat ditekan,” tutur KH Chriswanto lagi.
KH Chriswanto mengapresiasi kepada seluruh warga LDII, yang selalu antusias dalam setiap pelaksanaan ibadah kurban.
Pasalnya, mereka mempersiapkanya jauh sebelum Idul Adha, yakni dengan menabung yang dikelola secara khusus di masing-masing majelis taklim.
“Karena kekuatan LDII itu pada konsolidasi berbasis majelis taklim yakni pengajian yang sifatnya rutin yang dilaksanakan 3-4 hari dalam seminggu,” katanya.
“Acara itu juga dapat dimanfaatkan untuk mengisi tabungan kurban yang dikelola secara khusus. Ketika Idul Adha tiba warga LDII sudah siap untuk berkurban,” paparnya lagi.
Menurut Ketua DPP LDII Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) Rully Kuswahyudi, antusias warga LDII ditunjukkan dengan peningkatan jumlah hewan kurban.
Pada 2020, kurban warga LDII mencapai 40.190 ekor ternak. Pada 2021 akibat pandemi Covid-19 dan ekonomi lesu, jumlah kurban turun menjadi 39.301 ekor.
Pada 2022, jumlah kurban meningkat mencapai 42.646 ekor ternak.
“Alhamdulillah, pada 2023, jumlah kurban warga kami meningkat lagi. Data sementara yang kami himpun, jumlah hewan kurban warga LDII mencapai 43.493 ekor, dengan rincian 23.710 ekor sapi, 19.766 ekor kambing/domba, dan 17 ekor kerbau,” ujar Rully.
Apabila rata-rata harga seekor sapi mencapai Rp25 juta dan Rp 3 juta untuk seekor kambing maka kurban warga LDII di seluruh Indonesia mampu memutar ekonomi senilai Rp652 miliar.
Menurut Rully, perputaran ekonomi saat Idul Adha, mampu meningkatkan pendapatan para peternak.
“Kurban juga menjadi masa panen bagi peternak. Mereka mendapat keuntungan yang lebih tinggi dibanding hari-hari biasa,” jelasnnya.
“Ini menjadi pemerataan kesejahteraan, dan meningkatkan daya beli dan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bahkan menyekolahkan anak-anak mereka,” paparnya lagi.