PALEMBANG – Ditengah upaya pemadaman api akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), satgas udara yang memadamkan api dengan water bombing dihadapkan dengan kendala sumber air.
Kapolda Sumsel Irjen, Pol Albertus Rachmad Wibowo mengatakan, saat ini sumber air terdekat dari titik api (hotspot) mulai mengering, sehingga berdampak pada proses pemadaman lewat udara yang menjadi lamban.
“Meski situasi saat ini tidak separah tahun 2015 dan tahun 2019, namun prediksi BMKG menyebutkan jika cuaca El-Nino ini akan berlangsung cukup panjang sampai bulan Desember 2023 mendatang. Tercatat ada 20 hingga 30 titik api setiap harinya terpantau,” ujar Albertus, Senin (11/9/2023).
Dalam proses memadamkan api dengan menggunakan metode water boombing, Albertus menjelaskan, jika helikopter membutuhkan waktu hingga 20 menit dari sebelumnya hanya 5 menit.
“Lambannya metode water bombing ini karena pasokan air sudah berkurang akibat El-Nino dan kemarau,” jelasnya.
Sedangkan, dari 5 unit water bombing yang ada hanya ada 3 unit yang dapat beroperasi, maka dari itu diharapkan para personel gabungan dan stakeholder terkait termasuk perusahaan juga ikut berperan dalam pencegahan karhutla.
“Personel gabungan TNI-Polri dan stakeholder terkait akan disebar ke Kabupaten yang rawan karhutla untuk mensosialisasikan pencegahan dan bahaya karhutla kepada masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori mengatakan, kondisi air yang mengalami kengeringan yang cukup drastis membuat pemadaman agak lambat.
Salah satu daerah yang rawan yakni Pedamaran Timur, Tulung Selapan, Pangkalan Lampam dan Berulang di Kabupaten OKI.
“Di Pangkalan Lampam itu cukup luas sehingga harus lewat darat dan udara pemadamannya,” jelasnya
Reportase: Deansyah