BANDUNG – Di era 5.0 ini kompetensi guru dalam menerapkan nilai-nilai kebhinekaan padaproses kegiatan belajar mengajar harus terus ditingkatkan.
Salah satunya melalui keterampilan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis nilai kebhinekaan dan mengimplementasikan di ruang-ruang belajar.
Setidaknya itulah yang menjadi target pelatihan guru untuk pendidikan multikultural yang digelar oleh Telkom University di Desa Gayau Sakti, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, melalui program KKNT Nusantara berbasis gotong royong, 12-14 November 2024 lalu.
Pelatihan ini juga berhasil menciptakan komunitas guru yang fokus pada pendidikan multikultural di desa.
“Desa (Gayau Sakti) ini memiliki keragaman budaya, suku, dan agama yang tinggi, namunkeberagaman tersebut juga memunculkan tantangan berupa potensi konflik sosial. Melaluikomunitas (guru pendidikan multikultural), para guru dapat saling mendukung dalammenghadapi tantangan dan mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis keberagamantersebut,” ungkap Muhammad Hablul Barri, Koordinator Lapangan Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) Nusantara.
Barri mengatakan, guru yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebhinnekaan ke dalam kegiatan belajar mengajar.
Pelatihan mencakup pengenalan konsep kebhinnekaan, pengembangan metode pembelajaran berbasis keberagaman, dan penyusunan rencana pembelajaran yang mendukung integrasi nilai-nilaitoleransi dan inklusivitas.
Selain itu, program ini melibatkan aparat desa dan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan dan keberlanjutan program.
”Para guru dapat menjadi pelatih bagi rekan-rekan guru lainnya, dan menciptakan efek berantai dalam penyebaran pengetahuan. Dengan penguatan kapasitas guru, nilai-nilai toleransi akan terus ditanamkan kepada generasi siswa berikutnya,” tuturnya.
Barri menambahkan, pendidikan multikultural tidak hanya penting untuk membangun harmoni di masyarakat, tetapi juga dapat menjadi alat untuk memperkuat identitas kebangsaan.
Program ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis komunitas dapat menghasilkan dampak yang berkelanjutan dan relevan secara lokal.
Partisipasi aktif masyarakat menjadi salah satu capaian utama program ini.
Masyarakat desa, bersama dengan aparat desa, mendukung keberlanjutan program melalui penyediaan fasilitas dan pendampingan komunitas.
”Kolaborasi ini menunjukkan bahwa sinergi antara perguruan tinggi, sekolah, dan masyarakat sangat efektif dalam menciptakan perubahan positif di tingkat lokal,” tandasnya