RIYADH – Cabang olahraga pencak silat yang tampil sebagai demonstration sport di Islamic Solidarity Games (ISG) Riyadh 2025 mulai mempertontonkan aksi seru di Malaz Combat Hall, Prince Faisal bin Fahd Stadium.
Dua pesilat Indonesia turun pada hari pertama pertandingan dengan hasil berbeda.
Pesilat Ginting Baharudin Putra yang tampil di kelas D (60-65kg) putra senior melangkah mulus ke babak semifinal setelah menang walkover atas wakil Uzbekistan, Davronov Nemantillokhoji yang tidak hadir di laga pembuka.
Namun langkah Ginting terhenti di semifinal usai kalah dari Nurdauelt Tasmagambetov asal Kazakhstan dengan skor 29–41.
Sementara itu, di kelas C (55-60 kg) putra senior, Fiqi Abdilla Lubis juga harus mengakui keunggulan pesilat Malaysia, Muhammad Khairo Adib Azhar dalam duel sengit yang berakhir dengan skor tipis 27–28 pada babak perempat final.
“Menurut saya atlet-atlet pencak silat sudah mulai banyak bermunculan, termasuk dari Asia Tengah. Kalau dilihat sekilas, persaingannya sudah ada, mulai merata. Mungkin mereka karena masih baru, jadi masuk kurang dasi sisi latihan dan cari atletnya,” kata Ginting usai pertandingan.
“Kita juga tidak boleh mau kalah. Kita harus bersaing secara sportif dengan menunjukkan olahraga pencak silat ini kan dari Indonesia, jadi kita tidak boleh kalah juga,” ujar Fiqi menambahkan.
Sementara itu, Chef de Mission (CdM) Tim Indonesia untuk ISG 2025, Endri Erawan, menilai hasil ini sebagai bagian dari proses pembelajaran penting bagi para atlet muda Indonesia.
“Kita datang ke ISG bukan hanya membawa semangat kompetisi, tetapi juga misi besar untuk memperkenalkan pencak silat ke dunia. Ajang ini jadi pengalaman berharga bagi atlet kita sekaligus momentum menduniakan olahraga warisan Indonesia,” ujar Endri.
Senada, Manajer Tim Pencak Silat Indonesia Bayu Syahjohan, menegaskan bahwa PB IPSI tidak membebani tim dengan target medali di ISG kali ini.
Fokus utama adalah memperluas jangkauan dan partisipasi internasional pencak silat.
“Kami bersyukur banyak negara Timur Tengah mulai menaruh minat pada pencak silat, seperti Arab Saudi dan Yaman. Ini bukti perkembangan signifikan. Bagi kami, ini bukan soal hasil semata, tapi bagian dari road to Olympics untuk menjadikan pencak silat olahraga global,” tutur Bayu.
Bayu juga menilai keikutsertaan negara-negara Islam di cabang ini menunjukkan peningkatan kualitas dan pemerataan kemampuan antarnegara.
“Sekarang kekuatan mulai merata. Lawan dari Kazakhstan misalnya, sudah bisa menunjukkan teknik yang solid. Ini jadi sinyal bahwa pencak silat makin diakui dunia,” tambahnya.
Medali emas pencak silat kelas C putra direbut pesilat Malaysia Muhammad Khairi Adib Azhar, perak diraih Ahmed Al-Baadani dari Yaman dan perunggu menjadi milik Uali Zhalgasbay asal Kazhakstan dan Shamil Bazarbaev dari Kyrgistan.
Untuk kelas D putra, Tasmagambetov membawa pulang emas, Zemouchi Abdelbasset dari Algeria perak dan perunggu bersama diraih pesilat Indonesia Ginting dan pesilat tuan rumah Mazen Alzahrani.
Dalam setiap penampilan di Islamic Solidarity Games Riyadh 2025, Tim Indonesia didukung oleh Mills, BAIC Indonesia, Aice, Kings Travel, TikTok, Perumnas, dan SVRG sebagai sponsor.
