Home Ekonomi Kontribusi Pengusaha Perempuan terhadap PDB Indonesia Capai 9,1 Persen

Kontribusi Pengusaha Perempuan terhadap PDB Indonesia Capai 9,1 Persen

by Slyika

JAKARTA – Peranan kaum perempuan dalam perekonomian Indonesia dinilai cukup signifikan. Menurut survei Mastercard Index of Women Entrepreneurs di tahun 2020, Indonesia berada pada posisi 20 dari 58 negara secara global yang menyediakan kondisi kewirausahaan yang paling mendukung bagi perempuan.

Posisi tersebut naik dari posisi 22 di tahun 2019 menjadi 17 di tahun berikutnya. Hal ini membuktikan bahwa kondisi Indonesia kondusif dalam mendukung ekosistem kewirausahaan perempuan untuk tetap berkembang.

Menurut Margaret Srijaya, pendiri Womanpreneur.id, tantangan menjadi pengusaha bagi wanita adalah pola pikir (mindset), support system, budaya dan adat istiadat, fleksibilitas, dan ketimpangan pada dunia usaha.

“Lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan kita. Misalnya lingkungan terdekat kita adalah keluarga, yang mendukung kita untuk mandiri secara finansial tentunya bisa maju lebih cepat. Selain itu budaya juga menjadi tantangan tersendiri. Kita hidup di dalam adat ketimuran yang memberikan batasan terhadap cara kita berpikir. Misalnya, kita sebagai perempuan tidak boleh (berperan) lebih besar,” tuturnya saat menjadi narasumber webinar Bright Future Festival  (BFF) yang diselenggaran oleh Sampoerna University, beberapa waktu yang lalu.

Dari sisi fleksibilitas, tambahnya, perempuan dianggap sebagai sosok yang mampu mengerjakan segala hal. Menjadi terkendala dalam hal pekerjaan seperti membagi waktu di lapangan dan di rumah.

“Sebagai perempuan harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangga.”

Pengusaha perempuan memberikan kontribusi 9.1 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia khususnya UMKM. Dan 43 persen UMKM formal dimiliki oleh perempuan. 

“Meski demikian, 53 persen dari usaha yang dimiliki oleh perempuan masih skala kecil. Tiga bidang usaha yang digeluti perempuan di Indonesia adalah kuliner, fesyen dan kriya. Sebanyak 41,69 persen adalah kuliner, 18,15 persen fesyen, dan 15,70 persen kriya.”

Margaret memaparkan, ketimpangan dunia usaha yang dialami para perempuan umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu diri sendiri dan faktor luar.

Perempuan sering melibatkan perasaan dalam bekerja dan berusaha seperti memberikan keputusan maupun solusi.

“Tantangan dari luar misalnya adalah peraturan manajemen. Ada perbedaan gaji sebesar 30 persen antara pekerja perempuan dan pekerja pria yang masih terjadi di Indonesia.”

Sebagai institusi pendidikan yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia berbasis teknologi, Sampoerna University konsisten menyelenggarakan kegiatan-kegiatan edukatif yang bisa mengakselerasi tercapainya tujuan tersebut.

Webinar bertema The Power of Womanpreneur diselenggarakan sebagai bagian dari upaya lembaga ini agar perempuan di Indonesia bisa berkontribusi lebih tinggi lagi terhadap perekonomian nasional khususnya di era digital ekonomi ini.

“Kami juga memiliki fakultas dan jurusan bisnis yang berkolaborasi dengan University of Arizona untuk program Two Degree, di mana fokus kami adalah menciptakan pengusaha-pengusaha baru Indonesia ke depannya. Semakin banyak pengusaha, semakin kokoh ekonomi kita nantinya. Ini juga bagian dari bentuk komitmen kami untuk mendorong perempuan di tanah air untuk menjadi womanpreneur tangguh yang dapat berkontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” tutur Dr. Ivan Butar, Dekan Fakultas Bisnis Sampoerna University. (mirza)

You may also like

Leave a Comment