Home Opini 3 Tantangan Berat Menghadang Baznas

3 Tantangan Berat Menghadang Baznas

by Slyika

“Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu”. (Surat al-Hasyr/59 ayat 7).

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di bawah kepemimpinan Prof Dr KH Noor Achmad MA, mentargetkan tahun 2022 pengumpulan ZIS (Zakat Infak Sedekah) dan DSKL (Dana Sosial Keagamaan Lain) mencapai Rp26 triliun.

Padahal tahun 2021 realisasinya baru mencapai Rp11,5 triliun. Artinya tahun ini targetnya mengalami kenaikan 126 persen.

Dari jumlah sebesar itu, sebanyak Rp11 triliun berasal dari 700.000 Masjid (belum termasuk ribuan mushola atau langgar) seluruh Indonesia, sedangkan Rp15 triliun dari Baznas dan LAZ seluruh Indonesia.

Tentu saja hal itu tidaklah mudah dan menjadi tugas berat Prof Noor Achmad beserta jajaran Komisioner dan para pejabat Baznas lainnya.

Selama 10 tahun saya menjadi anggota Baznas Media Center (BMC), baru kali ini target pengumpulan ZIS dan DSKL yang demikian tinggi, yakni mencapai kenaikan 126 persen dari realisasi tahun sebelumnya.

Saya kira baru dimasa kepemimpinan Prof Noor Achmad inilah, perolehan pengumpulan Baznas bisa mencapai di atas satu digit, yakni Rp11,5 triliun, suatu prestasi yang cukup membanggakan bagi pemerintah dan komunitas pegiat zakat nasional.

Hal itu menunjukkan kesadaran keagamaan umat Islam Indonesia semakin meningkat, sekaligus sebagai indikator tingkat perekonomian rakyat semakin membaik meski dalam masa Pandemi.

Tantangan berat yang akan dihadapi Prof Noor Achmad dan Komisioner serta para pejabat Baznas tidak hanya itu, tetapi juga target yang menjangkau 57 juta jiwa penerima manfaat dari penyaluran ZIS.

Itu artinya Baznas siap mengcover 20,9 persen kesejahteraan penduduk Indonesia yg berjumlah 273 juta jiwa, dimana 87 persen (237,51 juta jiwa) umat Islam, atau mengcover 24 persen kesejahteraan umat Islam Indonesia.

Tantangan berat lainnya adalah, Baznas memiliki target “mengentaskan kemiskinan”, yakni menjadikan 1,5 juta Mustahik menjadi Muzaki.

Ini juga bukan pekerjaan sembarangan, dan jika dikerjakan dengan Ikhlash Lillahi Taala, maka pahalanya sangatlah besar.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, dari ketiga tantangan berat tersebut, mana yang paling berat bagi Baznas? Jawabannya jelas, tantangan pertama yakni target pengumpulan ZIS dan DSKL Rp26 triliun.

Pasalnya nilai nominal Rp26 triliun itu tidaklah sedikit, apalagi harus mengumpulkan uang sebanyak itu dimasa pandemi seperti sekarang ini, sehingga perlu adanya ekstra penguatan pengumpulan.

Sementara realisasi pengumpulan ZIS dan DSKL tahun sebelumnya Rp11,5 triliun, atau tahun ini mengalami kenaikan 126 persen sehingga menjadi Rp26 triliun.

Sedangkan untuk tantangan kedua dan ketiga mengenai penyaluran zakat bagi 57 juta jiwa penerima manfaat, serta merubah kesejahteraan 1,5 juta jiwa dari Mustahik menjadi Muzaki, hal itu menyangkut persoalan perluasan penyaluran zakat.

Dengan demikian, keberhasilan menghadapi tantangan kedua dan ketiga, tergantung dari keberhasilan menghadapi tantangan pertama.

Jika target tantangan pertama berhasil dilalui dengan sukses bahkan mampu memperoleh pengumpulan ZIS dan DSKL mencapai Rp30 triliun, maka tantangan kedua dan ketiga akan lebih mudah dihadapi.

Namun jika sebaliknya, dimana realisasinya di bawah target yakni hanya Rp20 triliun, maka keberhasilan menghadapi tantangan kedua dan ketiga semakin sulit tercapai.

Dengan demikian, memasuki tahun Gerakan Cinta Zakat ini, tidak hanya Baznas yang bekerja keras untuk penguatan pengumpulan ZIS dan DSKL sehingga mencapai target Rp26 triliun bahkan lebih, tetapi juga seluruh stakeholder dan pejuang zakat termasuk kaum milenial untuk mampu menyadarkan masyarakat dan kaumnya agar taat zakat.

Sebab dengan taat zakat, disamping akan mampu mengurangi pajak, juga mampu mencegah terjadinya balak atau musibah, Ash-Shodaqotu Tuthfiul Bala’ (Al-Hadist).

Abdul Halim
Jurnalis

You may also like

Leave a Comment