HASILNYA? Lebaran bersama, Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1443 Hijriah jatuh pada Hari Senin, 2 Mei 2022. Terima kasih yang sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya Duhai Allah SWT. Sungguh Engkau Maha Pemersatu.
TERIMAKASIH Bangsa dan Negara, Republik Indonesia, Tanah Air Tercinta. Terimakasih Rakyat Indonesia, kami cinta semuanya. Aku adalah kamu, kamu adalah kita. Kita adalah bersama. Bersama mempercepat datangnya rahmat kebahagiaan menuju negara adil makmur, sejahtera.
TAK terkecuali kepada seluruh pihak, tim Rukyatul Hilal, terutama di 99 titik pantau yang tersebar di seluruh Nusantara. Lebih khusus lagi,
Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta yang dikomandoi sahabat kami KH. Abdul Kholik Soleh. Yang paling sibuk, ketika penentuan penanggalan hijriah, penentuan awal Ramadhan dan Syawal, dan sebagainya, baik dari sisi hisab (matematis) maupun rukyat (penglihatan hilal). Terimakasih Kyai Kholik yang luar biasa cepat dan tepat dalam bergerak.
NABI Muhammad SAW bersabda, “Shumu li ru’yatihi wa afthiru liru’yatihi fain ghumma alaihi fa istakmiluhu tsalatsina yauman (berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat tanggal, bila kamu tertutup oleh mendung maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tiga puluh hari).”
HILAL adalah bulan sabit yang “tampak” setelah ghurub (tenggelamnya) matahari setelah terjadinya ijtimak. Tidak disebut Hilal, sebelum ada cahaya yang bisa dilihat dari bumi. Dasar dari kualifikasi “tampak” tersebut adalah QS Al-Baqarah, Ayat 189 yang mengisyaratkan bahwa Hilal adalah fenomena yang tampak.
Sementara perintah rukyat dari Nabi tidak relevan jika berkenaan dengan sesuatu yang tidak tampak.
“PENAMPAKAN Hilal bisa diperkirakan dengan Hisab, karena bulan beredar dengan eksak (pasti). Dasarnya adalah firman Allah: al-syamsu wa al-qamaru bi husban (QS. Ar-Rahman: 5) dan Waqaddarahu manazila… (QS. Yunus: 5) dan karena ilmu Hisab lahir dari pengalaman rukyat selama berabad-abad,” kata Ahli Falakiyah NU Pringsewu, Lampung, Ustadz Fathul Arifin saat Kajian Falakiyah di Gedung NU Peduli Kemanusiaan, beberapa waktu lalu.
BELIAU menjelaskan bahwa yang melahirkan ilmu hisab adalah rukyat yang akurat. Dalam bahasa astronomi, rukyat akurat adalah observasi ruang angkasa yang dilakukan dengan cermat, terukur, tercatat, terdokumentasi, bersifat melengkapi / mengoreksi temuan rukyat sebelumnya.
ILMU hisab yang mengakomodasi temuan baru rukyat yang akurat, hasilnya cenderung lebih akurat. Adanya perkembangan akurasi tercermin dalam variasi hitungan dari berbagai metode hisab.
“Karena berpijak pada hasil rukyat yang akurat, maka tidak logis kalau Hisab akurat dikoreksi oleh rukyat non-akurat. Sebaliknya rukyat non-akurat membutuhkan kontrol dari hisab akurat,” jelasnya.
SEBAB itu, Nahdlatul Ulama (NU) mengontrol rukyat non-akuratnya dengan hisab akurat. NU Menganulir hasil Rukyat non-akurat yang menyalahi Hisab akurat dengan kriteria Imkanur Rukyat.
Menurutnya, NU menggunakan ketinggian 2 derajat sebagai kriteria Imkanur Rukyat ini. Sementara kriteria Imkanur Rukyat Takwin Standard di 4 negara ASEAN meliputi ketinggian minimal 2 derajat dan umur bulan minimal 8 jam.
AKHIRNYA, kebersamaan adalah kemenangan Bangsa Indonesia. Beraneka ragam dalam satu tujuan adalah harapan luhur, impian leluhur, berkah bagi generasi masa kini. Tetap bersatu, Bangsa Indonesia.
SELAMAT Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah, mohon maaf lahir dan bathin atas segala dosa dan khilaf. Semoga rezeki melimpah, negara jaya, rakyat sejahtera. MOHON maaf lahir dan bathin, Semoga bermanfaat, Wallahu’alam.
Nurcholis Qadafi
Penceramah, Junrnalis dan Usahawan