Home Opini Keutamaan Hari Selasa

Keutamaan Hari Selasa

by Slyika

ENTAH kenapa, tiba-tiba alam pikiran penulis menghubungkan-hubungkan wafatnya KH. Uci Turtusi (Abah Uci) Bin KH. Dimyati dengan hari kematian, yaitu SELASA, tepat di 6 April 2021.

SELASA, bagi mendiang KH. Maimun Zubair (Mbah Maimun/Mun) merupakan hari “Kramat”. Beliau menyebutkan ; banyak (kebanyakan) orang sholeh/wali yang wafat pada hari SELASA.

TERMASUK, Mbah Mun juga wafat pada hari SELASA sesuai keinginannya di usia 90 saat menunaikan ibadah haji. Ayahnya, (KH. Zubair Dahlan), kakeknya (KH. Dahlan), neneknya, hingga keturunan ke atas, konon semuanya wafat pada hari SELASA.

BAHKAN, untuk “menghormati” hari SELASA, pengajian di Ponpes Al Anwar, Sarang, Rembang, libur pada hari tersebut. Siti Khadijah R.A, wafat di hari Selasa. Nabi Yahya, A.S, Nabi Zakaria, A.S, Nabi Jirji, A.S, wafat di hari Selasa.

MENURUT informasi, penguasa Jakarta zaman dulu banyak yang wafat di hari SELASA. Pangeran Jayakarta, Pangeran Wijaya Kusuma, konon wafatnya hari SELASA. Sebagian kecil lainnya, wafat di hari SABTU.

ITU juga, kenapa orangtua dahulu, mengimbau jangan pergi jauh/memulai kegiatan di dua hari itu, sebagai penghormatan (adab) kepada “sesepuh” yang telah wafat.

Jika dilakukan dipercaya akan terkena nahas (sial). Kepercayaan ini terus mendarah daging, hingga menyadi keyakinan bagi sebagian orang. Maka, jangan heran jika Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) sepi penumpang di hari SELASA dan SABTU.

ATAS dasar itu, maka penulis juga menilai Abuya Uci Turtusi yang wafat di Hari SELASA, sudah tidak diragukan lagi derajat kesholehannya. Abah Uci, panggilan akrab Abuya Uci Turtusi mashur disebut-sebut sebagai orang khos (khusus) alias “pakunya/penyangga” Provinsi Banten. Dua lagi, Abuya Muhtadi, putra dari KH. Dimyati (Cidahu) dan Abuya Munfasir (Ciomas).

SETIAP pengajian, baik pengajian rutin bulanan maupun Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),
ribuan jamaah dari berbagai daerah hadir.

APALAGI, jika menggelar Haul Tuan Syekh Abdul Qodir Al Jaelani, setiap tahunnya. Jutaan pengunjung membanjiri Ponpes Al Istiqlaliyah, Cilongok, Pasar Kemis, Tangerang.

Tidak sedikit, para pengunjung mengakui keberkahan kebaikan setelah menghadiri acara tersebut.
MAKOMAT Abah Uci memang memiliki magnitude (daya tarik) tersendiri bagi jama’ahnya.

MASHUR ketika akan “diperketat” acara Haul Tuan Syekh Abdul Qodir Al Jaelani beberapa waktu lalu, sejumlah polisi tiba – tiba pingsan saat apel siaga melihat manusia berjubah putih besar yang berdiri tegap di depan.

Setelah, siuman mereka mengakui didatangi manusia besar berjubah putih sambil menegur agar tak melarang (mempersulit) acara haul. Dan banyak kisah – kisah kelebihan dari Abah Uci yang tak terdengar oleh telinga kita.

ABAH Uci juga dekat dengan para tokoh agama. Selain mendiang KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), termasuk Maulana Habib Luthfi Bin Hasyim Bin Yahya.

ABAH Uci Bin KH. Dimyati Bin KH. Romli Bin KH Ahmad Khaerun Bin Raden Cimang hingga bertemu nasab ke Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sampai ke Rasulullah SAW.

Nasab hingga ke Rasulullah SAW sengaja dirahasiakan adalah sifat mulai orang sholeh, karena khawatir memalukan kakeknya, jika kelak berbuat dosa, sebagai bentuk ketawadhuannya.

KEMATIANNYA adalah bukti kebesaran Allah SWT. Tanpa menyeleksi status dan derajat seseorang, Allah SWT berkehendak atas segala sesuatunya. Setiap manusia, ada di genggamannya, termasuk persoalan usia. Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa Ilaaha Illallah. Wallahu Akbar.

MALAM ini, memasuki tujuh hari wafatnya beliau. Sungguh umat kehilangan ulama kharismatik. Hingga kini, ratusan bahkan ribuan jamaah masih berziarah ke makam beliau.

Semoga, Allah SWT meridhoi dan menempatkan arwahnya di tempat yang paling mulia. Teruntuk Abah Uci, Alfatikha. MOHON maaf lahir dan bathin. Wallahu’alam.

Nurcholis Qadafi
Wartawan Senior, Penceramah dan Usahawan

You may also like

Leave a Comment