BOGOR – Dalam menghadapi momentum pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang akan berlangsung pada akhir November 2024 ini, pakar komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana menyampaikan pesan penting.
Pesan kepada para Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) dari seluruh Kepolisian Daerah (Polda) di Indonesia dan pengemban fungsi humas lainnya di Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Menekankan pentingnya komunikasi proaktif untuk mencegah penyebaran hoaks, strategi menjaga hubungan baik dengan media, serta pendekatan humanis untuk meningkatkan kedekatan antara institusi kepolisian dengan masyarakat.
Pada pertengahan pekan ini, Dr Aqua Dwipayana memusatkan aktivitas silaturahim serta sharing komunikasi dan motivasi di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya selama dua hari di Bandung dengan beragam aktivitas.
Doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran itu memberikan paparan di lingkungan Divisi Humas Polri.
Pria dengan jejaring pertemanan sangat luas tersebut menyampaikan materi sharing bertajuk
“Pengemban Fungsi Humas Spirit Wawasan Kebangsaan, Cinta Tanah Air, dan Peningkatan Soliditas”.
Sedangkan tema besar acara itu adalah “Strategi Komunikasi Publik Humas Polri dalam Mewujudkan Pilkada 2024 yang Aman, Damai, dan Kondusif Menuju Indonesia Maju”.
Sharing disampaikan pada Kamis 7 November 2024 di Aston Sentul Lake Resort, Jalan. Pakuan No. 3 Kabupaten Bogor.
Pesertanya adalah seluruh Kabid Humas dari 34 Polda, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) satuan kerja Polri sejumlah 27 orang, serta yang terkait dengan fungsi Humas lainnya. Total peserta lebih dari 100 orang.
Menghadapi dinamika pilkada serentak, Dr Aqua Dwipayana mengingatkan bahwa keberadaan informasi yang valid, transparan, dan kredibel sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan publik.
“Di era digital saat ini, kecepatan informasi harus diimbangi dengan ketepatan. Oleh karena itu, tugas Kabid Humas dan pengemban fungsi Humas lainnya adalah memastikan informasi yang disebarluaskan kepada publik benar-benar akurat dan terverifikasi. Komunikasi proaktif menjadi kunci untuk menutup celah penyebaran hoaks,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Komunikasi Proaktif
Pria ramah ini menjelaskan bahwa dengan bersikap proaktif dalam memberikan informasi, institusi kepolisian dapat meminimalisir munculnya berita yang salah atau menyesatkan di tengah masyarakat.
Dr Aqua Dwipayana mendorong para Kabid Humas untuk rutin memberikan informasi perkembangan situasi dan kegiatan di lingkungan kepolisian kepada masyarakat, khususnya saat-saat genting seperti pilkada.
Menurutnya, penyebaran informasi yang faktual dan terkini adalah upaya preventif yang efektif untuk menangkal hoaks.
“Komunikasi proaktif berarti tidak menunggu berita atau rumor yang keliru muncul dulu baru merespon, melainkan kita menyampaikan informasi lebih awal sehingga masyarakat mendapatkan kejelasan yang sesuai dengan fakta,” ujarnya.
Selain itu, juga menyarankan agar setiap informasi yang disebarkan kepada publik selalu didampingi dengan data pendukung yang kuat sehingga masyarakat tidak mudah tergiring opini atau berita yang tidak benar.
Pembicara kawakan ini juga menyoroti pentingnya hubungan yang baik dengan media.
Menurutnya, media bukan hanya sarana penyebar berita, tetapi juga mitra strategis dalam membangun citra positif dan kredibel bagi kepolisian.
Ia mengingatkan para Kabid Humas dan pengemban fungsi Humas lainnya untuk selalu menjaga komunikasi yang terbuka, transparan, dan responsif kepada insan pers.
“Menjaga hubungan baik dengan media akan sangat membantu dalam membentuk opini publik yang positif terhadap kepolisian. Jangan sampai ada kesan menutup diri atau menghindar ketika ada isu yang sedang berkembang,” ujarnya.
Ia mengusulkan agar secara rutin menjalin komunikasi dengan para wartawan, terutama menyediakan ruang diskusi atau jumpa pers yang teratur untuk mengklarifikasi atau memberi pernyataan resmi terkait isu-isu sensitif.
Dr Aqua Dwipayana juga mendorong untuk memanfaatkan media sosial secara bijak sebagai saluran langsung untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
“Dalam situasi pilkada, media sosial menjadi saluran penting. Para Kabid Humas dan pengemban fungsi Humas lainnya harus memastikan konten yang diunggah di media sosial adalah konten yang informatif, mendidik, dan tidak menimbulkan kebingungan atau keresahan publik,” tambah praktisi komunikasi ini.
Dr Aqua Dwipayana menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Baginya, hal ini akan menciptakan kedekatan dan kepercayaan masyarakat kepada institusi kepolisian.
“Ketika masyarakat merasa polisi dekat dengan mereka, mereka akan lebih nyaman untuk melaporkan kejadian atau meminta bantuan. Di sini, pejabat Humas memegang peran kunci sebagai penghubung antara kepolisian dan masyarakat,” jelasnya.
Pria yang hobi silaturahim itu mengingatkan bahwa meskipun tugas utama kepolisian adalah menegakkan hukum, mereka juga perlu dilihat sebagai pihak yang peduli dan siap membantu.
Dengan nada tegas namun penuh empati, Dr Aqua Dwipayana mengajak para Kabid Humas untuk mengedepankan komunikasi yang santun dan terbuka, terutama saat menyampaikan informasi penting yang menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat selama pilkada berlangsung.
“Pendekatan humanis bukan hanya sekadar formalitas. Ini adalah cara untuk membangun kepercayaan masyarakat dan merangkul mereka sehingga tercipta ikatan emosional yang positif. Ketika masyarakat melihat polisi sebagai bagian dari mereka, rasa keamanan dan kenyamanan akan meningkat,” imbuh Dr Aqua Dwipayana.
REACH Plus A+C
Di awal paparannya Dr Aqua Dwipayana dengan tegas mengatakan senjata utama Polri adalah komunikasi.
Agar sukses melaksanakan semua tugasnya, perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan komunikasi seluruh personil Polri.
“Komunikasi merupakan senjata utama Polri. Sebagian besar pekerjaan polisi baik internal maupun eksternal, terkait erat dengan komunikasi,” ucapnya.
Cuma, lanjut motivator kawakan itu, sampai sekarang kelemahan utama di Polri adalah komunikasi.
Kesalahan yang pernah dilakukan oleh anggota Polri ada yang berulang sehingga berpengaruh pada citra Polri di mata masyarakat.
Dr Aqua Dwipayana sudah sejak lama menegaskan, senjata utama Polri adalah komunikasi.
Jika mau sukses dalam melaksanakan semua tugasnya maka para polisi disarankannya untuk mendalami komunikasi.
Menurut pria yang suka membantu sesama ini, belajar komunikasi itu tidak sulit. Terpenting memperhatikan dasarnya yakni memiliki hati yang bersih. Lakukan secara konsisten.
“Jika hal yang mendasar itu dapat diwujudkan secara konsisten maka insyaAllah komunikasinya sukses. Baik di internal maupun eksternal,” tegas Dr Aqua Dwipayana.
Bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana itu dengan gayanya yang khas berpesan agar seluruh personil Polri di manapun bertugas untuk membiasakan dirinya berkomunikasi dengan hati dan hati-hati.
Berpikir dulu baru menyampaikan sesuatu. Bukan menyesal setelah pesannya disampaikan karena umpan baliknya tidak sesuai dengan harapan.
Menurut Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat itu selama ini banyak persoalan yang terjadi baik di internal maupun eksternal institusi karena masalah komunikasi. Kondisi di dalam lembaga lebih mendominasi.
Terkait dengan itu Dr Aqua Dwipayana menyarankan kepada semua peserta untuk lebih serius menuntaskan semua masalah komunikasi di internal institusi.
Dengan menekankan dalam diri masing-masing bahwa para personil Polri adalah saudara sehingga harus saling mengasihi, menolong, dan bersama-sama mencari solusi atas seluruh persoalan yang muncul.
“Jangan sampai ada yang beranggapan bahwa sesama personil di Polri adalah saingan. Buang jauh-jauh pemikiran seperti itu. Kedepankan kekompakan dan kerja sama tim. Wujudkan selalu super tim. Dengan begitu yakinlah semua target bakal tercapai,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Untuk mewujudkan semua itu Dr Aqua Dwipayana menyarankan semua anggota Polri di mana saja berada agar secara konsisten melaksanakan REACH Plus A+C. Jadi tidak hanya saat bertugas saja.
Menurut pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, tanggal 23 Januari 1970 itu, selama ini telah terbukti REACH Plus A+C sukses mengatasi berbagai persoalan komunikasi. Jadi semua anggota polisi tinggal menjalankannya saja secara konsisten.
Aspek pertama adalah sikap menghargai orang lain tanpa kecuali yang diwakili dengan kata “Respect”.
Penulis buku “super best seller” trilogi The Power of Silaturahim ini menegaskan di mana pun kita berada, jangan pernah menganggap remeh siapa pun.
Hormati dan hargai semua orang yang berkomunikasi dengan kita.
“Jangan karena punya pangkat dan jabatan, merasa lebih hebat dari yang lain. Sehingga tidak menghargai orang lain,” kata pria yang selalu bicara apa adanya itu.
Amanah sebagai anggota polisi, ujar Dr Aqua Dwipayana, sebaiknya dimanfaat sebaik-baiknya dengan menghargai semua orang. Sehingga semuanya merasa nyaman saat bekomunikasi.
Selain itu, tambah Dr Aqua Dwipayana, masyarakat tidak ragu-ragu menyampaikan berbagai informasi kepada polisi.
Sedikit banyak info yang disampaikan mereka bermanfaat buat polisi.
Kedua adalah sikap “empathy” (empati). Semua anggota polisi harus bisa merasakan yang dirasakan orang lain.
Ini juga penting buat para komandan kepada seluruh anggotanya.
“Upayakan bisa merasakan yang dialami orang lain.Dengan begitu semuanya merasa nyaman. Apalagi kalau kemudian dapat membantu mengatasi kesulitan mereka,” tutur Dr Aqua Dwipayana itu.
Mantan anggota Dewan Pakar Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) tersebut menyarankan untuk selalu berempati pada setiap orang terutama yang ada kaitan dengan aktivitas yang dilakukan.
Hal itu dapat membuat komunikasinya jadi nyaman dan lancar sehingga tujuan melaksanakan komunikasi tercapai.
Ketiga adalah “audible” atau dapat dipahami dan dimengerti. Berusahalah agar semua yang disampaikan kepada orang lain termasuk masyarakat pesannya dapat mereka terima dengan baik.
“Upayakan semua pesan yang kita sampaikan diterima secara maksimal dan dapat dipahami oleh penerima pesan. Ini sangat penting agar mereka tidak salah memahaminya sehingga umpan baliknya sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap penulis buku “super best seller” yang berjudul “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi” ini.
Aspek selanjutnya adalah “clarity” atau kejelasan dari semua pesan yang disampaikan. Jangan sampai menimbulkan multi interpretasi atau tafsir yang akhirnya tujuan berkomunikasi tidak tercapai.
“Clarity” bisa juga diartikan sebagai upaya melakukan transparansi dalam berkomunikasi. Perlu membiasakan hal ini, tanpa menutup-nutupi informasi, agar penerima pesan menjadi percaya.
Apapun pesan komunikasi yang disampaikan harus dapat dipahami oleh pihak lain, dengan penyampaian yang sederhana dan apa adanya.
“Semua pesan yang disampaikan harus jelas agar tidak terjadi multi interpretasi atau penafsiran yang berbeda dari penerima pesan. Jika itu terjadi dampaknya bisa fatal,” tegas Dr Aqua Dwipayana.
Terakhir adalah “humble” atau rendah hati. Jangan pernah tinggi hati dan sombong karena itulah awal dari keterpurukan kita sebagai manusia.
“Contohnya adalah jabatan seseorang. Itu ibarat kapas di ujung telunjuk. Begitu ditiup bisa langsung hilang. Sebagai manusia tidak ada yang perlu kita sombongkan. Semuanya milik Tuhan. Kita hanya dititipkan saja. Setiap saat yang kita miliki bisa diambil pemilikNya dan kita diminta pertanggungjawabannya,” terangnya.
Semakin tinggi jabatan dan pangkat seseorang, kata Dr Aqua Dwipayana, seharusnya orang tersebut makin rendah hati.
Bukan sebaliknya yang akhirnya dapat merugikan dirinya dalam jangka panjang.
“REACH” menurut laki-laki yang hobi membaca ini tidak ada artinya jika tidak dilengkapi dengan huruf ‘A’ dan ‘C’ yakni Action dan Consistency atau tindakan nyata dan cepat serta Konsistensi dalam pelaksanaannya.
Jadi yang paling penting adalah implementasi pelaksanaannya secara terus-menerus.
Komunikasi itu ungkap Dr Aqua Dwipayana kelihatannnya sederhana. Bahkan ada orang yang menyepelekannya. Apalagi merasa sejak lahir setiap hari telah berkomunikasi.
“Padahal komunikasi itu vital sekali. Jika tidak hati-hati dalam berkomunikasi dampaknya bisa fatal. Telah banyak contoh mengenai hal ini,” tegas Dr Aqua Dwipayana.
Wartawan dan Humas
Menariknya saat paparan, Dr Aqua Dwipayana menceritakan pengalamannya sekitar enam tahun (1988-1994) bekerja sebagai wartawan di media besar seperti harian Jawa Pos dan harian Bisnis Indonesia.
Juga selama 10 tahun (1995-2005) sebagai Humas di Semen Cibinong. Kemudian namanya berubah jadi Holcim Indonesia.
Setelah itu ganti nama lagi menjadi Solusi Bangun Indonesia yang merupakan anak perusahaan Semen Indonesia.
“Saya pernah jadi wartawan selama 6 tahun dan Humas 10 tahun. Sehingga tahu persis kebutuhan kedua profesi itu,” tuturnya.
Pengalaman sebagai wartawan membuat Dr Aqua Dwipayana memahami secara komprehensif semua hal yang perlu dilakukan seorang jurnalis agar sukses melaksanakan seluruh tugasnya.
Salah satunya adalah berusaha secara optimal menjaga, memelihara, mengembangkan, dan meningkatkan silaturahim termasuk dengan para narasumber.
Hubungannya selalu terjaga dengan baik. Berkomunikasi dengan mereka tidak saat membutuhkan informasi saja.
Dr Aqua Dwipayana melakukan hal serupa saat menjadi Humas Semen Cibinong. Selalu memelihara hubungan dengan para wartawan. Komunikasinya lebih banyak non formal sehingga akrab sekali.
Pengalamannya sebagai wartawan, membuat pria yang berasal dari Kota Padang, Sumatera Barat itu, tahu persis kebutuhan para jurnalis. Paling utama adalah data dan memperhatikan tenggat waktunya.
Hal serupa dilakukan Dr Aqua Dwipayana saat membuat rilis. Mengetahui secara detail kebutuhan media termasuk semua data yang perlu ditampilkan dan sistematika penulisannya.
Sehingga para wartawan dan redaktur yang menerima rilis tersebut langsung memuatnya, tidak perlu mengeditnya karena seluruh informasi yang disampaikan telah memenuhi kaidah jurnalistik.
“Biasakanlah melakukan hubungan pribadi, tidak formal dengan teman-teman wartawan. Penuhi kebutuhan mereka terkait data dan informasi,” pesan Dr Aqua Dwipayana.
Mengenai Divisi Humas Polri
Divisi Humas Polri adalah salah satu unsur pengawas dan pembantu pimpinan di bidang Hubungan Masyarakat pada tingkat Mabes Polri.
Berkedudukan langsung di bawah Kapolri. Dipimpin oleh perwira tinggi Polri berpangkat Inspektur Jenderal Polisi atau Jenderal Bintang Dua.
Divisi Humas Polri dibentuk pada 30 Oktober 1951 sesuai dengan Surat Keputusan Kapolri Jenderal Polisi Said Soekanto saat itu. Sebelumnya bernama Dinas Penerangan Kepolisian Republik Indonesia (Dispen Polri).
Visi
Terwujudnya layanan informasi Kepolisian yang objektif, dipercaya, dan partisipatif.
Misi
Mengembangkan sistem pelayanan informasi publik terkait Kepolisian Republik Indonesia.
Mewujudkan manajemen media yang modern, akuntabel, dan terpercaya.
Tugas
Divisi Humas Polri memiliki beberapa tugas, yaitu:
Menyampaikan informasi dari internal organisasi dan sebaliknya.
Menyelenggarakan fungsi kemitraan dan penerangan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan penyampaian informasi baik internal Polri maupun masyarakat umum.
Membina, mengolah dan menyajikan data, dokumentasi dan informasi dalam mendukung penyampaian informasi baik informasi di internal Polri maupun di eksternal Polri.
Pimpinan: Kadiv Humas Polri Irjen. Pol. Dr. H. Sandi Nugroho, S.I.K., S.H., M.Hum.
Nilai-Nilai yang selalu ditekankan pimpinan kepada semua jajaran:
Obyektif
Dipercaya
Partisipasi.