Home Opini Dapat Rezeki Nomplok Termasuk Umroh, Awalnya Banyak yang Tidak Percaya

Dapat Rezeki Nomplok Termasuk Umroh, Awalnya Banyak yang Tidak Percaya

by Slyika

Sejak lama saya rutin memberikan berbagai hadiah kepada banyak orang. Bentuknya mulai dari sejumlah uang, buku, menginap di hotel-hotel berbintang, jalan-jalan ke berbagai objek wisata, beasiswa kuliah sampai S3, hingga umroh ke Tanah Suci. Nilainya dari yang kecil, sedang, hingga besar.

Umumnya para penerima sangat bersyukur dan bahagia sekali mendapatkan hadiah tersebut. Apalagi sebelumnya mereka sama sekali tidak menduga bakal mendapatkannya.

Jadi seperti rezeki nomplok. Datangnya tiba-tiba dan sama sekali tidak disangka-sangka.

Sebagian besar penerima hadiahnya tidak saya kenal. Umumnya memberikan kepada mereka secara spontanitas. Baik saat ketemu secara personal maupun ketika acara Sharing Komunikasi dan Motivasi.

Saya sangat meyakini memberikan hadiah kepada siapapun atas “perintah” TUHAN. Lewat hati yang bersih dan pikiran yang selalu positif.

Penerimanya hadiah tidak sebatas kaget, tapi nyaris tidak percaya. Mereka mengira saya hanya berucap saja, menyenangkan hati mereka tanpa ada realisasinya.

Tukang Sapu Umroh
Tentang ketidakpercayaan itu banyak contohnya. Salah satunya beberapa tahun lalu saat rapat kerja pimpinan di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar di satu provinsi di Sumatera. Pesertanya sekitar 300 orang termasuk seluruh direksi dan komisarisnya.

Di awal presentasi, saya langsung membuat semua peserta terkejut. Dengan spontan mengatakan memberi hadiah umroh kepada salah seorang pegawai rendahan di BUMN itu. Pekerjaannya tukang sapu.

Saya mendapat cerita tentang pegawai itu dari komisaris utama BUMN tersebut yang purnawirawan bintang tiga. Hati saya tergugah atas dedikasi, ketekunan, dan loyalitas karyawan itu dalam bekerja.

Saya meminta kepada panitia untuk mendatangkan pegawai itu ke acara tersebut. Sekaligus mempersilakannya naik ke panggung bersama saya.

Semua itu saya lakukan atas “perintah” TUHAN. Mengikuti hati nurani saya. Pegawai itu yang penampilannya polos dan lugu, ke panggung dengan membawa sapu yang gagangnya panjang seperti milik nenek sihir dalam cerita-cerita kartun.

Selama ini, jangankan dua mata, satu mata saja (mungkin) tidak ada karyawan apalagi petinggi BUMN itu yang melirik pegawai tersebut. Karena pekerjaannya dianggap biasa bahkan sama sekali tidak diperhitungkan. Padahal sangat vital.

Bayangkan jika di satu kantor tidak ada tukang sapu. Tempat itu pasti kotor dan sangat tidak nyaman buat kerja. Produktivitasnya jadi rendah.

Terkesan Tidak Percaya
Pegawai tersebut sangat kaget saat saya beri hadiah umroh. Sama dengan kagetnya semua yang hadir. Kemudian dia cerita tentang kehidupannya yang lebih didominasi duka daripada sukanya.

Besoknya, sekretaris komisaris utama itu mendapat perintah dari atasannya untuk telefon saya. Menanyakan tentang hadiah umroh tersebut.

Dari nada bicaranya dan pesan yang disampaikan atasannnya, terkesan tidak percaya dengan saya. Dikira saya hanya janji surga di depan banyak orang.

Saya langsung menegaskan agar mencarikan biro perjalanan umroh yang terbaik di kota itu buat pegawai tersebut. Kemudian seluruh biayanya saya transfer.

Sekitar sebulan kemudian pegawai itu berangkat umroh. Sejak pertama kali ketemu sampai sekarang, kami tidak pernah ketemu lagi.

Begitu juga komisaris utama itu, tidak pernah kontak saya. Kami hanya ketemu sekali saja. Beberapa bulan setelah itu dia diberhentikan dari jabatannya.

Menunjukkan Sifat Asli
Itu adalah satu dari banyak pengalaman saya memberikan hadiah. Semua tanggapan dari penerimanya, apapun itu, saya syukuri dan nikmati. Termasuk dari mereka yang tidak bersyukur mendapatkannya.

Dengan berbagai alasan, ada yang minta hadiahnya diganti uang. Ada juga yang minta perubahan bentuknya. Dari jalan-jalan ke obyek wisata, inginnya ditukar umroh.

Tentu saja semua permintaan itu dengan tegas saya tolak. Kalaupun mereka akhirnya tidak mengambil hadiahnya, bagi saya sama sekali tidak masalah. Mereka yang rugi.

Begitulah salah satu karakter manusia yang tidak bersyukur. Itu menunjukkan sifat asli mereka.

Saya bersyukur selama ini bisa melakukan semua itu dengan ikhlas dan mendapat banyak pelajaran berharga dari aktivitas tersebut.

Semoga bisa terus berbagi pada sesama dan semakin banyak orang yang bahagia karena mendapat berbagai hadiah. Aamiin ya robbal aalamiin…

Dari Bogor saya ucapkan selamat membahagiakan banyak orang dengan membantu tanpa pamrih. Salam hormat buat keluarga.

Dr Aqua Dwipayana
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional

You may also like

Leave a Comment