Home Opini Kebodohan dan Kemiskinan

Kebodohan dan Kemiskinan

by Slyika

PENDIRI bangsa dan negara telah mendeklarasikan; musuh bersama bangsa adalah KEBODOHAN dan KEMISKINAN.

Kebodohan hanya akan menyandera manusia dan negara dalam proses perkembangan kemajuan peradaban zaman. 

Kemiskinan juga akan menghambat program kemandirian kesejahteraan manusia. 

LEBIH ekstrim lagi, kadal fakru ayyakuna kufron (kemiskinan mendekatkan kepada kekufuran). 

Kemampuan menganalisa sesuatu secara bijak dan dewasa, juga mustahil tanpa dilengkapi perangkat pendidikan yang memadai. Meskipun akhlak menjadi “juri”nya. 

TERLEPAS, bodoh atau dibodohkan, miskin atau dimiskinkan oleh kebijakan, situasi atau keadaaan, tetapi dua kata ini fardhu ain (tidak bisa diwakili) hukumnya untuk dipikirkan. 

Sebab, agama juga memerintahkan untuk ambil bagian dalam menaikan nilai derajat manusia. Sendiri (munfarid) atau bersama (berjamaah). 

APABILA ingin kesuksesan dunia dan akhirat, maka harus “bersama” ilmu (waman arodahuma faalaihi bil ilmi). 

Ada keseimbangan, antara keduanya. Ilmu (agama/umum) akan mengubah, setidaknya untuk kualitas pribadi. 

Memang tak selamanya “juara” di ilmu, ditakdirkan “juara” di harta. Sebaliknya, tak menjamin “kuasa” di harta, juga “kuasa” ilmu. 

Namun, keduanya harus duduk berdampingan; punya ilmu dan punya harta, atau punya harta, namun tetap punya ilmu. 

DOA sapu jagat (fiddunya hasanah, wafil akhiroti hasanah/dunia dan akhirat baik) adalah konsep ideal. Mustahil akhirat dilalui tanpa dunia. 

Naif juga, jika hanya dunia semata. Ada satu saja yang terlewat, maka berpotensi akan masuk ke dunia khayali, mimpi, ramal, dan angan-angan. 

Keduanya butuh ikhtiar. Sebab Allah SWT tidak merubah sebuah nasib/kondisi kaum (manusia), jika kaum tersebut tidak ada usaha untuk merubahnya. 

AL HAROKATU barokah (bergerak itu berkah). Tanpa batas, namun tetap proporsional. 

Pun, bukan hanya perubahan mindset, tetapi juga pergerakan fisik. Sebab, kemalasan menjadi penghalang perbaikan ilmu dan harta. 

BUDAYA malas, terutama dalam mencapai perubahan peningkatan perbaikan saatnya dihilangkan. 

Firman Allah SWT yang berbunyi ; barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT akan dijamin rezekinya jangan dimaknai sempit. 

Harus ada usaha serius untuk sebuah tujuan, meski hasil akhir semuanya kuasa (takdir) Tuhan. Sebagaimana juga ilmu, harus dicari hingga nyawa lepas dari jasad. 

PADA akhirnya, Islam (Mu’min) yang kuat (ilmu/harta) itu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah SWT daripada Mu’min yang lemah (ilmu/harta).

KEDUANYA memang pilihan dan otoritas pilihan ada di tangan umat. Semoga tak salah memilih pilihan. Aaamiiin YRA. 

MOHON maaf lahir dan bathin. Semoga bermanfaat. Wallahu’alam.

H Nurcholis Qadafi

Penceramah, Usahawan dan Jurnalis Senior

You may also like

Leave a Comment