“Anak-anak bukanlah wadah kosong yang harus diisi, melainkan api yang harus dinyalakan.”
Mengelola atau Memanusiakan?
Banyak sekolah menganggap manajemen peserta didik (MPD) sebatas mengurus data siswa, mengelola jadwal, atau menindak pelanggaran tata tertib.
Padahal, di balik lembar absen dan rapor digital, ada jiwa-jiwa muda yang sedang tumbuh, mencari makna, dan menanti bimbingan yang menyentuh hati.
MPD bukan sekadar sistem, tetapi cerminan filosofi pendidikan: apakah sekolah kita hanya ‘mengatur’ ataukah sedang membentuk manusia seutuhnya?
PPDB: Dari Administrasi ke Afirmasi
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) seharusnya tidak menjadi ajang “adu cepat jaringan internet” atau lomba manipulasi kartu keluarga.
Lebih dari itu, PPDB adalah titik awal membangun kepercayaan masyarakat bahwa sekolah membuka ruang seluas-luasnya bagi keberagaman.
Kebijakan zonasi, afirmasi, dan prestasi perlu dimaknai bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai jembatan inklusivitas.
Anak dari keluarga prasejahtera, dari pelosok desa, atau yang memiliki kebutuhan khusus, semua berhak atas pendidikan bermutu dan manusiawi.
Memantau Bukan Menghakimi
Kemajuan belajar peserta didik tidak selalu tampak dari angka. Ada siswa yang nilainya biasa saja, tetapi ia tak pernah absen, selalu membantu temannya, atau berani berbicara saat diskusi. Apakah itu tidak disebut “kemajuan”?
Pemantauan belajar yang baik adalah yang mendengar suara siswa, memahami dinamika emosi mereka, dan tidak hanya mengandalkan statistik.
Guru bukan sekadar penyampai materi, melainkan fasilitator perkembangan holistik.
Disiplin Itu Pendidikan, Bukan Hukuman
Disiplin tidak bisa dibangun dengan ketakutan. Jika siswa takut pada guru, bukan karena hormat tetapi karena trauma, maka kita sedang menciptakan ruang pendidikan yang salah arah.
Pendekatan disiplin yang restoratif dan empatik perlu diutamakan. Ketika seorang siswa melakukan pelanggaran, kita perlu bertanya: “Apa yang membuatmu sampai seperti itu?” bukan langsung: “Kenapa kamu begitu nakal?”
Pembinaan disiplin yang sehat akan melahirkan generasi yang tidak hanya patuh, tetapi berintegritas dan mampu bertanggung jawab secara moral.
Refleksi: Sekolah Sebagai Tempat Bertumbuh, Bukan Bertahan
Jika sekolah hanya menjadi tempat untuk bertahan dari tekanan kurikulum, nilai, dan aturan yang kaku, maka kita gagal menjadi tempat bertumbuh.
Manajemen peserta didik sejatinya adalah seni merawat potensi, menyalakan semangat, dan membimbing karakter.
Kita tidak bisa membentuk manusia melalui spreadsheet. Kita membentuk manusia melalui hubungan, keteladanan, dan kepercayaan.
Dari Sistem ke Spirit
Manajemen peserta didik harus bertransformasi dari sistem yang kaku menjadi gerakan yang bernyawa.
Sebab di dalamnya ada harapan anak-anak, impian keluarga, dan masa depan bangsa. Mari kita jadikan sekolah sebagai taman yang subur bagi benih-benih generasi emas Indonesia.
Wulan Anggraeni dan Erwan Nur Arief
Program Studi S2 Manajemen Pendidikan, Universitas Pamulang
Artikel ini ditulis berdasarkan hasil pemikiran, refleksi, dan studi literatur dalam makalah “Manajemen Peserta Didik” untuk mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah dan Networking Pendidikan, Universitas Pamulang, 2025.