Home Opini Jangan Terlena Jadi Karyawan

Jangan Terlena Jadi Karyawan

by Slyika

Setelah lebih dari 20 tahun bekerja sebagai pegawai meski dengan jabatan yang tinggi, berpikir dan berusahalah secara maksimal untuk mandiri.

Usaha sendiri pada bidang yang dikuasai dan disenangi. Jangan terlena jadi karyawan selamanya hingga pensiun.

Selain itu agar sambil kerja melanjutkan kuliah hingga S3.

Semua pengalaman yang dimiliki sangat bagus jika digabungkan dengan pengetahuan dan ilmu yang diperoleh lewat  pendidikan formal sehingga saat berbagi dengan setiap orang dapat disampaikan secara komprehensif.

Pesan di atas saya sampaikan Sabtu lalu kepada seorang teman. Setelah lama tidak jumpa, tadi TUHAN mempertemukan kami. Saya sangat bersyukur dan senang melihat kemajuan kawan tersebut.

Kami bertemu sesudah saya menghadiri acara pemberian Anugerah gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Acaranya dilaksanakan di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga, Bogor.

Saat jumpa dengan teman itu saya lebih banyak menyimak yang disampaikannya. Dengan penuh semangat dia menceritakan berbagai kegiatan dan semua prestasinya.

“Awal saya disuruh memimpin perusahaan kondisinya sulit. Untuk membayar gaji puluhan karyawan saja tidak ada uangnya. Kemudian saya mengurai satu-persatu masalahnya. Membenahi semua problem di internal hingga tuntas. Seiring dengan itu meningkatkan komunikasi dengan pihak eksternal. Hasilnya sejak tahun lalu kondisinya sudah surplus,” jelas teman itu.

Dia mengawali memimpin perusahaan dengan kondisi minus. Sementara berbagai kewajiban kepada pihak ketiga harus diberesin. Kondisinya benar-benar sulit. Ditambah lagi dengan pandemi Covid-19.

Semuanya jadi komplek. Perusahaan Paling Sehat. Sekarang kondisinya sudah stabil. Perusahaan yang dipimpinnya paling sehat di antara usaha sejenis dalam grupnya. Setiap bulan bisa menghasilkan laba, sehingga pemegang saham senang.

Sebagai imbalannya tahun lalu teman itu mendapat mobil dinas baru. Dia sendiri yang menentukan jenis dan merek mobilnya. Atasannya setuju saja.

“Saat saya mengusulkan pembelian mobil baru, atasan saya langsung setuju. Mungkin setelah beliau melihat prestasi saya. Sekaligus mengapresiasi semua yang telah saya kerjakan,” ungkapnya.

Selain aktif bekerja memimpin perusahaan, teman itu secara rutin setiap minggu mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta.

Mata kuliahnya terkait dengan aktivitasnya sehari-hari sehingga pendidikannya yang masih S1 sama sekali tidak dipermasalahkan.

Pihak universitas tempatnya mengajar lebih mengutamakan pengalamannya daripada pendidikan formalnya. Sehingga pendidikannya yang masih S1 tidak jadi masalah.

Setelah puas berbicara menceritakan tentang kehidupannya beberapa tahun terakhir ini, giliran saya menyampaikan tanggapan. Saya mengawalinya dengan memberikan apresiasi atas semua pencapaian yang telah diraih.

“Bagus sekali semua prestasinya. Selamat ya. Saya ikutan bersyukur dan senang. Semoga ke depan makin sukses lagi,” ujar saya.

Mensyukuri dan menikmati Semua aktivitas kemudian saya mengingatkan agar teman itu jangan terlena jadi karyawan. Apalagi usianya beberapa tahun lagi genap 50 tahun.

Harus sudah berpikir untuk mandiri, mengembangkan usaha sendiri. Saya mencontohkan pengalaman sendiri. 30 September 2005 dalam kondisi karir yang bagus di salah satu perusahaan multi nasional, saya memutuskan untuk berhenti jadi karyawan.

Waktu itu usia saya 35 tahun. Kemudian menata hidup yang sepenuhnya dapat dukungan dari keluarga. Alhamdulillah sejak itu sampai sekarang – sekitar 16 tahun – saya sangat mensyukuri dan menikmati semua aktivitas yang dijalani.

“Kerjakannya hal-hal yang disukai secara ikhlas dan tekuni dengan sepenuh hati. Konsisten melakukannya. Insya ALLAH hasilnya optimal dan manfaatnya dirasakan orang banyak. Saya telah membuktikan semua itu selama belasan tahun,” pungkas saya.

Setelah menyimak semua yang saya sampaikan teman tersebut menyatakan paling lambat dua tahun lagi akan mandiri. Juga segera melanjutkan kuliah S2 dan S3.

“Terima kasih banyak Pak Aqua untuk semua pencerahannya. Insya ALLAH semua pesan bapak, saya laksanakan. Juga saya akan makin rajin silaturahim tanpa pamrih seperti yang selama puluhan tahun konsisten Pak Aqua lakukan,” kata teman itu penuh semangat.

Alhamdulillah… Dari Bogor saya ucapkan selamat berusaha menata hidup agar lebih baik. Salam hormat buat keluarga.

Dr Aqua Dwipayana
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional

You may also like

Leave a Comment