Home Opini Menjadi Pribadi Resiliens dalam Menghadapi Persoalan Kehidupan

Menjadi Pribadi Resiliens dalam Menghadapi Persoalan Kehidupan

by Slyika

Hampir semua diri pernah mengalami kegagalan bahkan keterpurukan. Bisa jadi banyak yang serupa pada keadaan. Namun berbeda pada cara menghadapi persoalan dan mengambil keputusan.

Ada yang lama terpuruk kebingungan, Ada yang memilih berhenti dan menyerah. Namun banyak pula yang bertahan atau melawan, walau resah tetap gagah, bangkit melanjutkan langkah mesti terkadang harus berganti arah.

Ketahanan dalam menghadapi kesulitan dan mampu bangkit kembali bahkan bertransformasi menjadi diri yang lebih baik ini disebut sebagai resiliensi diri. Resiliensi merupakan modal mental.

Dalam sudut pandang akademisi psychology, resiliensi sendiri diartikan sebagai :
1. Keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan kondisi yang tidak menyenangkan / buruk (Garmezy, 1991).
2. Kapasitas universal dari individu atau kelompok untuk mencegah, meminimalisasi, atau bahkan mengatasi efek yang merusak (Grotberg, 2001)
3. Kemampuan individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan (Reivich dan Shatte, 2002)
4. Sebuah pola adaptasi yang bersifat positif dalam menghadapi kesulitan (Riley dan Masten, 2005)
5. Kemampuan untuk mempertahankan stabilitas psikologis dalam menghadapi stres (Keye & Pidgeon, 2013)
6. Kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan, frustrasi, dan kemalangan (Ledesma, 2014).
7. Hasil dari adaptasi yang sukses meskipun terdapat situasi yang menantang atau mengancam (Wright & Masten, 2015)
8. Sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau menantang, terutama melalui mental, emosional dan perilaku yang fleksibilitas, baik penyesuaian eksternal dan internal (APA Dictionary of Psychology, VandenBos, 2015: hal. 910).

Tidak ada definisi universal mengenai resiliensi, namun secara umum pengertian yang mudah dimengerti adalah apa yang diungkap oleh Wolin (1993), diyakini sebagai kemampuan untuk bangkit kembali.

Lalu, seperti apa ciri-ciri pribadi yang resilien, alias tangguh?  Menurut Ledesma (2014), beberapa penelitian tentang resiliensi menggunakan istilah yang berbeda tapi pada dasarnya menggambarkan mekanisme yang sama untuk adaptasi (coping) terhadap stres yaitu: kemampuan untuk mau mengubah kesulitan menjadi tantangan.

Seseorang dengan kemampuan resiliensi mempunya ciri – ciri antara lain : mampu memecahkan masalah (solutif), berkecenderungan untuk memahami pengalaman sebagai suatu yang positif bahkan ketika mereka menderita (positif thingking), kemampuan untuk positif pada orang lain (positif feeling), dan keyakinan untuk mempertahankan pandangan hidup yang positif (optimis), memiliki sudut pandang (insight), Membangun pemahaman (intellectual competence), percaya diri (self-esteem), serta punya tujuan, tekad dan ketekunan.

Beberapa penelitian mengungkap fakta bahwa resiliensi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Seperti, penelitian Yin, Hui-Chen, dan Chan (2013) menunjukkan adanya hubungan positif antara resiliensi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Resiliensi mampu mengurangi dampak negatif dari kondisi stres pasien.

Jacoby dan Baker (2008) juga menjelaskan bahwa faktor-faktor resiliensi seperti optimis dan afek positif dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk bahagia.

Kaitan antara resiliensi dalam menghadapi persoalan kehidupan ?. Resiliensi merupakan sikap dan keterampilan sehingga sejatinya dapat dipelajari dan dilatih. Ketika ada yang berpikir bahwa mencoba lagi adalah kesia-siaan, pada saat yang sama, ada sebagian lain yang melihat kesempatan. Merasa layak atau terkoyak, sejatinya ini tentang wadah.

Ada yang mengkekalkan rasa lelah dan payah. Akhirnya berkilah “ ini masalah harta, tahta dan wajah”. Tapi kalau tidak percaya, tidaklah mengapa. Toh bonsai itu tetap indah. Walau realitanya “You’re bigger than you think”. (sinse_novi)

You may also like

Leave a Comment