Home Opini Kewalahan Menghadapi Persoalan Hidup? Yuk Berproses Jadi Pribadi Resiliens

Kewalahan Menghadapi Persoalan Hidup? Yuk Berproses Jadi Pribadi Resiliens

by Slyika

Pernahkah kita merasa kewalahan, terkaget-kaget, terpuruk dan merasa tidak berdaya ketika persoalan dalam hidup datang menghampiri bersama-sama dalam satu waktu layaknya rombongan Haji?.

Hampir bisa dipastikan dalam perjalanan hidup manusia, mungkin saja ada saat ketika merasa diri berada dititik terendah dalam hidup. Misal penghianatan dalam hubungan, kehilangan mata pencaharian, kebangkrutan, kehilangan orang yang disayang, terkena sakit kritis atau apapun yang sering dilabel sebagai musibah dan malangnya hal ini terjadi dalam waktu berdekatan.

Apabila masalah (hidup) didefinisikan sebagai ketidakmampuan diri untuk bisa merespon fakta dengan baik, maka persoalan (hidup) mempunyai kemiripan definisi namun yang membedakan keduanya dalam sudut pandang dikotomi kendali adalah masalah (hidup)berada dalam kendali (internal) sedangkan persoalan (hidup) diluar kendali (eksternal) menurut Health Coach dr. Rachmat Budi Santoso, SpU seorang dokter onkology dan penulis buku smart healing.

Aa Gym, pernah berpetuah “Besar kecilnya masalah hidup, tergantung dari keterampilan dalam menghadapi persoalan hidup”. Jadi sejatinya ukuran dan label ketetapan (takdir) tidak lepas dari kondisi pikiran (sikap) dalam memaknai dan keterampilan.

Berhubungan dengan keterampilan, maka berita baiknya hal ini merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan dilatih. Beberapa tokoh hebat yang kita ketahui, seperti Thomas Edison (penemu bola lampu), Colonel Sanders, Walt Disney, Oprah Winfrey, dan JK Rowling juga banyak dihadapkan pada keterpurukan dalam perjalanan hidupnya.

Dapat dikatakan bahwa mereka adalah beberapa contoh nyata dari individu yang mampu bangkit dari keterpurukan mereka. Diantaranya karena mereka mempunyai sikap dan keterampilan resiliensi.

Resiliensi diartikan sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau menantang, terutama melalui mental, emosional dan perilaku yang fleksibilitas, baik penyesuaian eksternal dan internal (APA Dictionary of Psychology, VandenBos, 2015: hal. 910).

Sederhananya resiliensi adalah kekuatan, keluwesan, ketangguhan dan keteguhan seseorang. Lebih lengkapnya, untuk merespons secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, di mana hal tersebut penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari.

Terdapat tujuh aspek yang menjadi pembentuk resiliensi individu (Reivich & Shatté, 2002), antara lain:
1. Regulasi emosi, merupakan keadaan untuk tetap tenang dan fokus dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
2. Pengendalian impuls, merupakan kemampuan individu dalam mengontrol dorongan, keinginan, dan tekanan yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri. Contohnya dalam konteks pandemic covid 19 : seperti mengontrol diri untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak, membiasakan menggunakan masker saat bepergian, dan menjaga jarak saat berada di tempat umum.
3. Sikap optimis, sebagai bentuk keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan masalahnya dan melewati kondisi yang terberatnya.
4. Empati, merupakan kemampuan individu untuk memahami tanda-tanda emosional dan psikologis orang lain. Contohnya adalah dengan memperhatikan kondisi orang terdekat dan menjaga komunikasi dengan baik.
5. Kemampuan analisis masalah, merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang dihadapi.
6. Efikasi diri, merupakan keyakinan bahwa individu mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan.
7. Peningkatan aspek positif, yakni kemampuan individu untuk memaknai permasalahan yang dihadapi sebagai kekuatan di masa depan. Contohnya, dengan adanya work from home, individu memiliki lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi kemampuan diri, bakat, serta hobinya yang dapat menjadi sumber penghasilan baru di masa mendatang.

Karena resiliensi merupakan keterampilan bukan saja bakat. Mengapa tidak bersegera memulai berproses, meskipun asa ingin berprotes. Yakinlah apabila mau, Tuhan semesta akan memberi mampu. (sinse_novi)

You may also like

Leave a Comment