“Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya.” – Ki Hajar Dewantara.
Setiap siswa adalah karakteristik yang unik, yang membawa keistimewaan yang berharga.
Kemampuan masing-masing dari mereka berbeda, tidak bisa menyamakan satu dengan yang lainnya, mereka seharusnya merdeka dalam mengeksplorasi pendidikan untuk memajukan hidup dimasa depan.
Sebagai seorang guru dengan perannya yang sangat penting bagi siswa yang dibimbingnya, maka tidak ada satu kata penghambat yang membuat guru tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan belajar siswanya.
Mengambil posisi kontrol seorang manager yang bisa memahami siswa dengan baik, mengerti kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh siswa, menemukan strategi pembelajaran yang tepat, media pembelajaran yang sesuai dengan profil belajar dan menentukan tujuan belajar dengan jelas antara siswa dan guru, inilah makna dari pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada siswa.
Tujuan utamanya adalah memanusiakan siswa dengan semua kebutuhan belajarnya. Siswa dapat mengeksplorasi isi kurikulum sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Ada beberapa hal penting yang menjadi ciri khas dan karakterstik dari Pembelajaran Berdiferensiasi :
1. Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar.
2. Kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas,
3. Terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid
4. Manajemen kelas yang efektif.
Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan.
Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dan lain-lain).
Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar). Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar siswa atau yang biasa disebut sebagai Asessment Diagnostic menjadi kata kunci pada Pembelajaran Berdiferensiasi.
Mengapa demikian? Pemetaan kebutuhan akan menjadi pedoman dalam melaksanakan pembelajaran, menentukan media pembelajaran yang tepat, menggunakan strategi yang sesuai, dan penilaian yang berkelanjutan.
Semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan pemetaan (murid dan orangtua murid) harus bersikap terbuka dan apa adanya dalam menjawab wawancara, dan survey, hal ini sangat penting agar informasi yang didapat valid dan dapat dijadikan acuan.
Ada 3 strategi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi yaitu :
Diferensiasi konten.
Isi pembelajaran yang akan kita ajarkan kepada siswa disebut konten. Guru harus mempersiapkan bermacam konten pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa dan minat bakatnya.
Seperti kita semua tahu, gaya belajar siswa berbeda beda, ada yang Auditori, visual, kinestitik atau gabungan salah satu, bahkan ketiganya.
Hal ini juga menjadi perhatian guru dalam menentukan konten dari pembelajaran yang akan dibawakan. Konten juga melingkupi media pembelajaran yang akan digunakan.
Diferensiasi proses
Proses pembelajaran adalah masa dimana pembelajaran berlangsung, cara guru dalam membawakan pembelajaran, metode dan strategi yang digunakan.
Ada banyak strategi pembelajaran yang bisa digunakan pada pembelajaran berdiferensiasi, misalnya; Tiket keluar (pertanyaan sebelum kelas berakhir), tiket masuk (pertanyaan sebelum kelas dimulai), berbagi 30 detik (siswa menyampaikan apa yang sudah mereka pelajari secara bergantian dalam waktu 30 detik), refleksi, dan lainnya.
Diferensiasi produk
Guru akan merancang sebuah akhir pembelajaran dengan hasil yang beraneka ragam, hal ini menyangkut pada pemetaan kebutuhan belajar siswa di atas.
Siswa dengan tingkat pemahaman yang kurang tentu tidak diharuskan atau dirancang menghasilkan sesuatu yang sama dengan siswa dengan tingkat pemahaman tinggi.
Di sini siswa diberikan kesempatan untuk merdeka dalam berfikir dan mengekspresikan hasil dari pembelajaran yang sudah mereka dapatkan.
Pembelajaran berdiferensiasi ini sangat sesuai dengan filosofi belajar Ki Hajar Dewantara, yang menjadi pedoman pendidikan di Indonesia.
Visi sekolah dalam mewujudkan siswa yang memiliki karakteristik dari Profil Pelajar Pancasila bisa dicapai melalui pembelajaran berdiferensiasi ini.
Tidak ada lagi miskonsepsi bahwa pembelajaran berdiferensiasi membebankan guru dan membedakan siswa pandai dengan yang kurang pandai, karena mereka memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan kebutuhan belajar.
Budaya disiplin positif yang ditanamkan dalam diri siswa juga dapat menghasilkan pencapaian dalam tujuan pembelajaran.
Tentu dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini memerlukan banyak dukungan dari semua pihak yang terkait.
Guru harus terus berusaha meningkatkan profesionalitasnya, kemampuan memahami dan mengupayakan yang terbaik untuk siswanya.
Misalnya dengan mengikuti berbagai pelatihan, sharing dengan teman yang lebih dulu mempraktekkan pembelajaran berdiferensiasi, dan lain-lain.
Lia Inggawati
Guru SDN Kalibata 01
Calon Guru Penggerak Angkatan 5
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan