Home Opini Menjadi Produktif adalah Sebuah Keterampilan

Menjadi Produktif adalah Sebuah Keterampilan

by Slyika

Hello kamu yang di sana …

Saat ini, saya sedang mendalami beberapa kiat produktivitas dan menyadari bahwa produktivitas adalah sebuah keterampilan (bukanlah bakat belaka).

Memahami fakta ini sangat membantu. Menolong mengurangi rasa frustasi karena gagal konsisten dan terburu-buru menghakimi diri pemalas.

Karena sebagai pemula (amatir), wajar apabila kita mengalami kesulitan belum terbiasa.

Belum terbiasa dengan rutinitas, belum terbiasa dengan pengulangan, belum terbiasa fokus, belum terbiasa memperhatikan kondisi energi (welp, ada pendekatan menarik apabila produktivitas yang optimal lebih berkaitan dengan pengelolaan energi daripada waktu), dan lainnya.

Dengan cara yang sama, kita tidak akan merasa buruk karena tidak tahu cara menulis artikel yang menarik dan sesuai dengan SEO (jika kita bukan jurnalis ataupun copywriter), melukis atau menggambar (jika kita bukan seorang seniman), membuat kode (jika kita bukan seorang programmer) atau tidak tahu atau tidak tahu cara benar memotong sashimi (karena kita bukan koki sushi).

Jadi apabila kita bukan ahli, maka lebih mudah menerima rasa frustasi. Karena kita tahu bahwa itu bukan bidang keahlian kita, bukan?.

Syarat Sebagai Pemula

Menikmati pengalaman sebagai pemula (amatir), berarti membuka ruang pada hal dan perasaan tidak menyenangkan yang akan menyertai proses; kendala, kesalahan dan penundaan.

Juga menyediakan wadah untuk belajar dan bertumbuh dengan mendalami teknis, eksperimen, berlatih.

Seperti semua keterampilan lainnya, kita perlu berlatih menjadi produktif dengan mendisiplinkan diri kita sendiri satu hari demi satu hari. Sesederhana itu.

Kita memahami bahwa jika kita tidak berhasil saat ini, itu berarti “kita belum begitu terampil”, dan kita menyadari serta mengakui tidak akan berhasil dalam waktu dekat.

Memandang produktivitas sebagai keterampilan juga merupakan investasi waktu. Komitmen dengan durasi bukan hanya beberapa bulan, tetapi TAHUNAN. Semuanya akan terjadi secara perlahan dan bertahap.

Dengan cara ini, prosesnya menjadi sangat menyenangkan karena kita benar-benar melihat diri kita tumbuh setiap hari. Nilai-nilai kita akan berubah, dan kita akan menjadi lebih tangguh menghadapi kendala dan kesulitan.

Growth Mindset (Pola Berpikir Tumbuh)

Pertumbuhan itu menyakitkan, tetapi membuat kita merasa senang dengan cara yang sangat aneh.

Pertumbuhan membuat kita melihat ke belakang dan berkata — “Wow wahai diri, rasanya tidak percaya kita melakukan hal ini. Mungkin kita bisa melakukan lebih banyak lagi. Yuk, kita cari tahu, ya?” “Semangat ….”.

Sangat menyenangkan melihat diri kita melampaui batas-batas yang kita buat sendiri itu. Takjub pada “kemenangan-kemenangan kecil” yang membawa semakin dekat pada tujuan.

Mengelola Energi lebih efektif daripada haya mengelola waktu.

Bertumbuh tentu saja membutuhkan energi. Salah satu masalah terbesar dalam sebagian besar saran produktivitas yang saya temukan sering kali berkaitan dengan upaya tanpa henti untuk mengontrol, bertengkar, mencari, mengukir, atau mengatur waktu.

Padahal seperti halnya keterampilan lainnya, kita tidak perlu berlatih produktivitas setiap saat. Jeda selalu menjadi bagian.

Seperti halnya seorang penulis, pelukis, programmer ataupun koki sushi tidak dapat melakukan 24/7.

Pendekatan mengelola energi alih-alih waktu, akan lebih berdampak dan meningkatkan produktivitas.

Jadi bagaimana jika kita mulai lebih merespons sinyal internal “Saya lelah” dibandingkan sinyal jam dan kalender eksternal?.

Menghilangkan berbagai pengurasan energi setiap hari juga bisa memberikan manfaat yang sama. Cobalah beberapa taktik berikut untuk memperoleh energi yang sangat besar:

– Mengalokasikan waktu tertentu untuk kegiatan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi internal.

Misal, apabila Anda seorang pelajar, maka Anda secara sadar bisa meluangkan waktu 5-6 jam.

Jika Anda bekerja, maka jam kerja Anda sudah ditetapkan. Sisihkan waktu 2 jam untuk membersihkan diri dan relaksasi. Tidurlah selama 6–7 jam.

– Rawat diri dan lakukan lebih banyak hal yang kita butuhkan. Dr. Saundra Dalton Smith dalam bukunya Sacred Rest, menemukan 7 jenis istirahat, yang apabila kita kenali dan terapkan akan membantu kita dalam menerapkan istirahat yang disengaja, sebagai keutuhan dari latihan produktif yang disengaja.

– Mengenal dan menerapkan 7 jenis istirahat secara menyengaja akan membantu terampil produktif dengan daur energi yang stabil. 7 Jenis istirahat ini adalah :
1. Physical / fisik
2. Mental / Mental
3. Emotional / Emosional
4. Social / Sosial
5. Creative / Kreatif
6. Spiritual / Rohani
7. Sensory / Sensorik

Iyuuup,… Ini adalah permainan dari konsep “latihan yang disengaja,” yang mengatakan bahwa mempelajari suatu keterampilan harus sistematis dan menantang daripada mengikuti arus.

Kita proaktif mengisi ulang baik secara fisik maupun mental.

Bekerja dan istirahat sama-sama diperlukan untuk kehidupan yang baik: yang satu menyediakan sarana untuk hidup, yang lain memberi makna pada kehidupan.

Mengutip kata Pang dalam buku “Rest” :
“Bekerja dan istirahat sebenarnya adalah mitra. Mereka seperti bagian gelombang yang berbeda. Anda tidak dapat mencapai yang tinggi tanpa yang rendah. Semakin baik Anda beristirahat, semakin baik pula Anda dalam bekerja.”

Jadi apabila kita produktif 10 jam sehari, gunakan 14 jam lainnya untuk mengisi ulang dan menyegarkan diri.

Itulah satu-satunya cara realistis untuk bekerja selama 10 jam setiap hari selama sisa hidup secara berkesinambungan. Jika tidak, kita akan membentuk pola yang tidak konsisten, terkadang bekerja 13–14 jam dan terkadang hanya 3–4 jam. Ups…

Kemudian akan terjadi kelelahan, kecemasan, dan beberapa hal tidak menyenangkan lainnya yang harus kita hadapi. Hmmm…

Jadi, jika saya dan Anda merasa kita “hebat” karena kita bekerja keras (tanpa istirahat), maka izinkan saya untuk menghancurkan asumsi mitos produktif kita. Kita tidak hebat, oke?.

Jelasnya, saat kita mengatakan kita bekerja sepanjang waktu, tetapi yang sebenarnya kita lakukan sibuk (minim keterlibatan dan kepuasaan akan makna serta selaras dengan tujuan).

Berisiko terjebak pada lingkaran setan kesibukan ; lelah, kewalahan, macet. Jauh dari kejelasan ( clarity ) akan tujuan.

Satu-satunya hal yang terjadi di sini adalah kesehatan fisik dan mental kita memburuk. Membuat siklus merasa buruk.

Untuk menghindari perasaan buruk, kita menggulir gulungan layar biru sosial media dan menonton secara maraton selama berjam-jam.

Berita baiknya, semua ini tidak akan terjadi jika kita menerima bahwa produktivitas adalah sebuah keterampilan. Dan kita memerlukan waktu yang realistis serta strategi alih-alih asumsi untuk menguasainya.

Menikmati privilege pemula yang tidak tergesa dan menikmati semua keajaiban dari proses mengulang dan berusaha dengan sabar yang disertai dengan nalar dan sadar.

(Welp, lagi-lagi saya pikir, kita tidak dapat beralih dari bekerja 6 jam sehari menjadi bekerja 8 jam sehari dalam sekejap, kecuali jika alasannya ekstrem).

Jadi… Selamat dan semangat berproses.

Penulis: Tio Novi

You may also like

Leave a Comment