Di tengah gempuran gaya hidup cepat, burnout massal, hingga ledakan informasi kesehatan di media sosial, satu pendekatan mulai mencuri perhatian: kesehatan holistik.
Namun, benarkah ini hanya sekadar tren sesaat?
“Kesehatan holistik adalah pendekatan menyeluruh terhadap diri manusia. Ia tidak hanya melihat tubuh, tapi juga pikiran, emosi, dan relasi sosial,” ujar Hayatea, konselor sekaligus praktisi penyembuhan reflektif yang juga seorang penyintas penyakit kronis.
Pendekatan ini tidak menolak medis, tapi justru memperluas sudut pandang: bahwa pulih tidak selalu berarti sembuh total, tapi bisa menjalani hidup dengan sadar, terhubung, dan utuh.
Dalam banyak kasus, metode seperti mindfulness, terapi bicara, akupunktur, serta pola hidup terintegrasi menjadi penopang kesejahteraan jangka panjang.
Menurut data WHO, sekitar 60 persen faktor kesehatan manusia ditentukan oleh gaya hidup, lingkungan, dan kondisi sosial.
Artinya, pendekatan holistik bukanlah alternatif pinggiran, melainkan pelengkap utama agar kesehatan tidak cuma jadi urusan “obat dan diagnosa.”
Namun, tantangannya adalah… banyak orang masih salah paham. Mengira pendekatan holistik itu “mistik”, mahal, atau terlalu “santuy”.
Padahal justru sebaliknya: ia mengajak kita kembali ke dasar—mengenali diri, mengelola stres, memperbaiki tidur, makan teratur, bergerak dengan sadar, dan menjaga hubungan sehat.
“Pelan-pelan pulih itu bukan lemah,” kata Tio Novi, Dialektika Kknselor, “justru ia bentuk perlawanan paling lembut dan sadar di dunia yang serba terburu.”
Melalui serial edukasi di portal Beritaind.com ini, publik diajak mengenal wajah lain dari penyembuhan: yang manusiawi, yang berpihak pada kehidupan, yang mengizinkan kita bernapas tanpa merasa gagal.
Karena sejatinya, sehat adalah proses, bukan perlombaan.
Tio Novi – Penulis, Konselor, dan Penyintas yang Berkisah
Catatan Editor:
Artikel ini adalah bagian dari rubrik edukatif #PelanPelanPulih—sebuah inisiatif kolaborasi antara beritaind.com dan Hayatea, untuk memperluas literasi kesehatan jiwa dan tubuh secara utuh, reflektif, dan membumi.