Berapa jam kamu tidur semalam?. Kalau jawabannya di bawah 6 jam, dan kamu bangga karena merasa produktif—harap berhenti sejenak dan baca artikel ini sampai tuntas.
Karena ternyata, menurut sains terbaru dalam buku “Why We Sleep” karya Dr. Matthew Walker, tidur bukanlah waktu istirahat dari hidup, melainkan fondasi utama agar kita bisa hidup dengan benar.
Tidur Bukan Pemalas, Tapi Pahlawan yang Sering Diremehkan
Dalam budaya yang memuja kesibukan, tidur sering dikorbankan. Kita terbiasa dengan slogan seperti “nanti tidur kalau sudah sukses” atau “tidur empat jam juga cukup, asal semangat.”
Padahal, kurang tidur bukan cuma soal ngantuk di siang hari. Ia bisa menurunkan imun, mempercepat penuaan, melemahkan daya ingat, dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti jantung, stroke, diabetes, bahkan Alzheimer.
“Tidur yang cukup adalah penguat sistem imun alami, editor emosional, dan manajer memori otak kita,” tulis Walker. Ironisnya, makin sedikit kita tidur, makin banyak fungsi tubuh yang kacau.
Apa yang Terjadi Saat Kita Tidur?
Tidur bukan aktivitas pasif. Saat kita terlelap, otak justru aktif “membersihkan” racun informasi, memperbaiki sel, menyusun ulang ingatan, hingga menjaga keseimbangan hormon.
Ada dua fase tidur penting:
NREM (Non-Rapid Eye Movement): fase pemulihan fisik dan memori jangka panjang
REM (Rapid Eye Movement): fase mimpi, kreativitas, dan pemrosesan emosi
Tidur cukup dan berkualitas membuat dua fase ini saling bersinergi.
Tidur sebentar-sebentar (misalnya power nap berlebihan atau begadang lalu balas dendam akhir pekan) justru mengganggu pola ini dan bikin tubuh bingung.
Berapa Lama Tidur yang Ideal?
Jawaban sederhananya: 7–9 jam per malam untuk orang dewasa.
Kurang dari itu, efeknya bisa terasa bahkan dalam semalam. Studi menunjukkan bahwa tidur hanya 4–5 jam semalam selama seminggu bisa menurunkan fungsi imun tubuh hingga 70 persen.
Tips Tidur Nyenyak, ala Matthew Walker, penulis buku laris “Why We Sleep The New Science of Sleep and Dreams” :
1. Matikan layar biru minimal 1 jam sebelum tidur (gadget bikin otak terus aktif).
2. Ciptakan ritual malam hari: seperti mandi hangat, minum teh herbal, atau journaling.
3. Jangan multitasking di kasur—tempat tidur hanya untuk tidur dan keintiman, bukan kerja.
4. Tidur dan bangun di jam yang sama, bahkan di akhir pekan. Konsistensi adalah kunci.
5. Tersambung secara emosional—kadang yang bikin susah tidur bukan kopi, tapi pikiran yang tak selesai.
Tidur Adalah Hak, Bukan Hadiah
Kita tidak harus “berprestasi dulu baru boleh istirahat”. Tubuhmu berhak tidur karena ia hidup.
Dan tidur bukan kelemahan, ia adalah teknologi biologis tertua yang menjaga kita tetap waras, sehat, dan… manusiawi.
Maka, jika kamu ingin mulai hidup lebih sadar, tenang, dan pulih—mulailah dari tidur.
Tio Novi
Konselor Reflektif dan Sahabat Tidur yang Sering Dirampas Dunia
Catatan Editor:
Artikel ini merupakan bagian dari serial #PelanPelanPulih di beritaind.com, ditulis dengan pendekatan reflektif dan sains populer agar semua orang bisa mulai memahami bahwa merawat tubuh adalah bentuk mencintai hidup itu sendiri.