JAKARTA – Sebagai ormas Islam besar dan terkaya di dunia, Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan tahun 1912 di Yogyakarta, saat ini memiliki ribuan masjid selain sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, pesantren dan panti asuhan di seluruh Indonesia.
Namun, banyak masjid Muhammadiyah saat ini dikuasai atau dianeksasi kelompok lain di luar Muhammadiyah.
Hal itu ditegaskan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta Prof Dr Bunyamin MPdI pada acara Hari Ber-Muhammadiyah bertemakan “Penguatan Ideologi Muhammadiyah” yang diadakan PCM Cengkareng di Masjid Raya Muhammadiyah Uswatun Hasanah (MRMUH), Daan Mogot, Jakarta Barat, Minggu (18/5/25).
“Secara nasional, kasus hilang masjid-masjid milik Muhammadiyah cukup banyak,” tegas Prof Dr Bunyamin yang dikenal sebagai ideolog Muhammadiyah tersebut.
Menurut Bunyamin, kasus hilangnya masjid milik Muhammadiyah tersebut mayoritas dikarenakan masalah internal di kalangan Muhammadiyah.
Ada kader atau simpatisan Muhammadiyah membangkang dan menjadi pengikut kelompok lain tersebut.
“Cirinya mereka tidak mau lagi mendengarkan pengajian para ustadz Muhammadiyah dan merasa benar sendiri serta suka mengkafir-kafirkan di luar kelompoknya,” tegas Bunyamin.
Untuk itu, Bunyamin meminta para kader, simpatisan dan anggota Muhammadiyah menghidupkan terus Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan pengajian di setiap pimpinan ranting, cabang dan daerah Muhammadiyah.
Menurutnya, Muhammadiyah bisa menjadi besar karena adanya ranting dan cabang sebagai akarnya, selain AUM dan masjid Muhammadiyah.
Turut hadir Ketua PDM Jakarta Barat Dr Ir H Narmodo Rahmani MAg, Ketua PCM Cengkareng H Romli SSos, para pengurus DKM MRMUH, para pimpinan ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah se Kecamatan Cengkareng serta para anggota kader dan simpatisan Muhammadiyah se Jakarta Barat.
Redaktur: Abdul Halim