Di balik diam seseorang, seringkali tersembunyi cerita yang tak sempat jadi kata.
Pernahkah Anda merasa lelah, tapi tak tahu kenapa? Ingin menangis, tapi tak ada air mata yang keluar?
Atau mendadak merasa kosong, padahal dari luar hidup Anda terlihat baik-baik saja?
Banyak dari kita menyimpan beban dalam diam. Bukan karena tak ingin berbagi, tapi karena tak tahu harus mulai dari mana.
Luka yang terlalu lama dipendam sering kehilangan bahasanya.
Dan dalam kondisi seperti ini, seringkali yang paling dibutuhkan bukanlah nasihat, tapi kehadiran.
Dalam dunia yang cepat dan penuh suara, ada keistimewaan dalam seseorang yang mampu mendengar tanpa perlu bicara. Ia tak menghakimi.
Ia tak tergesa-gesa menyelesaikan. Ia hadir, sepenuhnya. Dan kehadiran semacam ini menyentuh lebih dalam dari sekadar kata-kata.
Dalam ilmu psikologi, ini disebut attunement, kemampuan untuk selaras dengan emosi orang lain.
Dalam bahasa sehari-hari, mungkin kita menyebutnya “rasa nyambung”.
Bukan cuma ngobrol nyambung, tapi jiwa yang bisa nangkep getar batin kita.
Bayangkan jika kita bisa bertemu dengan seseorang yang tahu kapan kita butuh dipeluk, tanpa kita harus meminta.
Yang bisa menangkap sinyal lelah dari bahu yang turun, atau sorot mata yang mendadak sayu.
Seseorang yang membaca tubuh dan raut kita, bahkan sebelum kita sempat menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Kabar baiknya, pertemuan seperti itu bukan mustahil. Tapi sebelum berharap orang lain bisa memahami bahasa diam kita, ada baiknya kita belajar mengenali dan menyayangi diri sendiri lebih dulu.
Menjadi sahabat bagi tubuh kita. Memeluk diri sendiri saat dunia terasa terlalu bising.
Sebab kadang, pemulihan dimulai bukan dari solusi, tapi dari pelukan yang mengerti.
Bukan dari banyaknya jawaban, tapi dari ruang aman untuk merasakan dulu, sebelum diminta menjelaskan apa-apa.
Dan siapa tahu, dalam proses itu. Kita pun jadi seseorang yang bisa hadir begitu rupa, bagi diri sendiri, dan bagi orang lain.
Disclaimer:
Rubrik ini merupakan bagian dari ruang reflektif “Pelan-Pelan Pulih”, yang diasuh oleh Tio Novi, penyintas, konselor berlisensi CCT & REBT, sekaligus penggerak pendekatan holistik-dialektis dalam pemulihan diri.
Rubrik ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti konsultasi profesional.
Jika Anda sedang mengalami tekanan emosional, gangguan psikologis, atau krisis kesehatan mental, sebaiknya berkonsultasilah dengan psikolog, psikiater, atau tenaga profesional terkait.
Setiap tulisan dalam rubrik ini ditujukan sebagai ruang perenungan, penyadaran diri, dan pelukan kata yang mengajak kita mendengar kembali bisikan tubuh dan jiwa, bukan diagnosis, bukan terapi.