Di saat banyak orang sedang tidur nyenyak – mungkin ada sebagian yang bermimpi – pada Senin dini hari saya meninggalkan rumah Bogor, Jawa Barat. Aktivitas itu untuk menjemput rezeki.
Kegiatan tersebut sudah saya laksanakan 16 tahun terakhir. Terutama setelah saya jadi orang bebas merdeka, atasan satu-satunya hanya TUHAN.
Khusus di awal pandemi Covid-19 selama sekitar tiga bulan, Maret 2020 hingga Juni 2020 saya di rumah saja. Melakukan aktivitas utamanya silarurahim dari rumah Bogor.
Sebelum dan sesudah itu, hampir setiap Senin dini hari meninggalkan rumah Bogor. Rata-rata pukul 02.00. Alternatif tujuannya ada dua: Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, atau Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
Kenapa dini hari? Ada beberapa alasan saya memilih waktu tersebut. Semuanya saling terkait dan banyak manfaatnya.
Pertama, suasananya masih segar. Setelah istirahat beberapa jam – saya mengupayakannya tidur lebih awal – begitu bangun sudah segar kembali.
Pada jam segitu suasananya hening. Berbagai aktivitas nyaris terhenti sehingga menyenangkan melakukan berbagai aktivitas.
Lebih Jernih
Ketika itu, di saat hening dalam kondisi segar, berpikirnya lebih jernih. Juga menambah semangat untuk melaksanakan berbagai aktivitas.
Kedua, jalan dari Bogor ke Bandara lancar sekali. Saat dini hari perjalanan dari rumah Bogor ke Bandara Soekarno-Hatta hanya sekitar satu jam. Sedangkan ke Bandara Halim Perdanakusuma setengah jam.
Kondisinya berbeda jauh jika berangkatnya di atas pukul 05.00. Waktu tenpuhnya bisa dua jam dan satu jam. Bahkan di awal pekan sering lebih dari itu.
Hal tersebut membuat waktu “terbuang” di jalan. Padahal jika berangkatnya lebih awal, makin produktif. Banyak aktivitas bermanfaat yang dapat dikerjakan.
Ketiga, ketemu banyak teman dan sebagai ajang silaturahim. Dalam kondisi normal sebelum pandemi Covid-19, setiap Senin subuh biasanya dua bandara tersebut yakni
Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma penuh calon penumpang.
Di lounge milik maskapai saya sering ketemu teman-teman. Mereka umumnya tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan kerjanya di berbagai provinsi.
Mereka sengaja memilih penerbangan pagi di awal pekan, agar begitu tiba di kota tujuan dapat langsung masuk kerja. Biasanya Jumat sore mereka kembali ke Jakarta untuk menemui keluarganya.
Manusia “Pelor”
Keempat, penerbangan pagi tepat waktu. Pilihan berangkat dini hari dari rumah karena pesawat yang terbangnya paling pagi tepat waktu. Jarang ada yang terlambat kecuali ada hal-hal yang mendasar sehingga keberangkatannya tertunda.
Kalau pun berangkatnya telat, umumnya karena antri menunggu jadwal terbang di Bandara. Pada waktu yang hampir bersamaan banyak pesawat yang akan lepas landas.
Waktu tunggunya tidak terlalu lama. Paling lama biasanya 30 menit. Waktu yang sangat bisa ditoleransi dan tidak bakal mengganggu aktivitas harian secara keseluruhan.
Selanjutnya begitu tiba di tempat tujuan bisa langsung beraktivitas. Meski dari rumah Bogor berangkatnya dini hari, tetap segar karena di pesawat selama di perjalanan langsung tidur. Terbangun saat roda pesawat “menginjak” landasan.
Saya bersyukur dan sangat beruntung sebagai manusia “pelor” atau nempel langsung molor. Begitu ada sandaran di tempat yang enak, langsung bisa istirahat dan tertidur.
Kondisinya berbeda dengan sebagian orang yang susah tidur. Harus minum obat dulu baru tertidur.
Semoga kebiasaan setiap Senin dini hari yang telah belasan tahun saya jalani dapat berjalan lancar, sukses, dan berkah. Paling utama memberi manfaat pada banyak orang. Aamiin ya robbal aalamiin…
enjelang meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, saya ucapkan selamat menjemput rezeki dengan penuh semangat di awal pekan. Salam hormat buat keluarga
Dr Aqua Dwipayana
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional