Home Lifestyle Manajemen Stres Untuk Mental Sehat dan Sejahtera dengan Pendekatan Mindfulness

Manajemen Stres Untuk Mental Sehat dan Sejahtera dengan Pendekatan Mindfulness

by Slyika

Isu kesehatan mental menjadi konsentrasi utama pada tema perayaan hari guru nasional tahun ini yang diselenggarakan oleh Sampoerna Schools System sebagai jalur pendidikan terpadu dan terlengkap di Indonesia dari anak usia dini hingga Universitas melalui Sampoerna Academy dan Sampoerna University dengan memprakarsai kampanye “Guru adalah manusia” yang dipercaya.

Apabila guru yang sehat dan sejahtera akan menghasilkan proses belajar lebih maksimal.

Menggandeng Bagia Arif Saputra, instruktur spesialis manajemen kemarahan dan stres juga guru meditasi para undangan di kenalkan dan langsung praktek manajemen stres untuk mental sehat dan sejahtera dengan pendekatan mindfulness dan tehnik meditasi.

Awal workshop, Bagia mengajak para peserta yang utamanya para pengajar atau guru untuk memeriksa kembali kebiasaan “self talk” dengan mengenali dan mengganti narasi pertanyaan evaluasi yang umum dari “What’s wrong with you ?” menjadi “What happened to you?”.

Perubahan pertanyaan dari “apa yang salah” dengan “apa yang terjadi”, akan memberi perbedaan besar.”

“Apa yang terjadi” menunjukkan keramahan (emphaty) dan upaya untuk mengerti. Bagia menghimbau untuk “mulai memanusiakan”, diantaranya merubah kecenderungan mengadili dan menghukum serta membangun kebiasaan toek mulai belajar mau untuk memahami alih-alih menghakimi.

Selanjutnya, para peserta diajak untuk mengechek perasaan yang dominan belakangan ini. Diberikan 6 pilihan emosi dengan skala (nyaris putus asa 0, cemas 2, kesal 4, menerima 6, senang 8 dan damai 10).

Setelah partisipant memeriksa perasaanya masing-masing dan mencocokan dengan petunjuk di layar, disambung dengan slide menampilkan 3 penelitian tentang stress dan kaitannya dengan kinerja guru yang dapat mempengaruhi secara signifikan.

Slide beranjak ke pembahasan memahami stress, sumber stress, penyakit akibat stres. Sehabis mengupas tentang stres, guru meditasi ini mulai menerangkan tentang emosi.

Dari memahami emosi yang merupakan serapan dari bahasa latin: Emotere yang artinya adalah energy yang bergerak dan dalam bahasa inggris emotion merupakan akronim dari energy in motion.

Mulailah pembahasan yang membuat “mind blowing” yaitu emosi sebagai energy yang bergerak, maka tak lepas dari hukum kekekalan energy (James Prescott Joule) yaitu: “energy tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi bisa berpindah tempat (transfer) dan berubah bentuk (transformasi).

Dikuatkan dengan penjelasan bahwa energy memiliki frekuensi dan emosi yang menyertai bersumber: Power vs Force oleh Dr. David Hawkins.

Mengacu pada penelitian level kesadaran David Hawkins ini diketahui apabila mengakui dan penerimaan mempunyai frekuensi lebih baik dari apatis (masa bodoh).

Selain mengakui dan penerimaan, ada beberapa kiat dan saran yang dilakukan saat stress namun harus tetap menghadapi murid, yaitu:
1. Guru harus memiliki batasan (setting boundaries). Mereka harus mengizinkan diri untuk rehat sejenak dan memproses stressnya.
2. Pemimpin /kepala sekolah menormalisasi guru berbicara tentang kesehatan mentalnya dengan terapis/ahli.
3. Memfasilitasi mereka melatih tehnik mindfulness untuk mengelola stresnya.

Kata kunci mindfulness untuk transformasi emosi adalah tidak mengkontrol emosi (namun mentransformasi emosi).

Analoginya seperti radio. Misal untuk terkoneksi pada “Damai Fm” yang berada pada level frekuensi 600, maka semisal diri sedang mengalami dominan takut yang berfrekuensi 100, maka salah satu solusinya adalah melakukan meditasi transfromasi melalui nafas.

Dengan meditasi transfromasi menyadari nafas, maka diri akan terkoneksi secara utuh pada diri yang menyeluruh: pikiran, jiwa dan raga.

Didukung oleh penelitian Gotink (2016) membuktikan bahwa latihan meditasi mindfulness selama 8 (delapan) minggu berturut-turut dapat mengubah struktur otak.

Diantara yang berdampak adalah Amigdala mengeci = Stres berkurang dan hipokampus membesar = emosi positif bertambah. Intinya, saat kita meregulasi nafas, maka secara otomatis emosi teregulasi.

Sebelum mengajak para partisipan untuk melakukan praktek langsung meditasi menyadari nafas, Bagia memberi sorotan apabila meditasi bukanlah bakat namun keterampilan.

Seperti nge-gym butuh latihan dan tidak instant dengan awal pondasi adalah nafas diagfragma.

Meditasi merupakan proses untuk kembali terkoneksi pada diri toek kembali utuh dan melengkapi ibadah (ibadah/berdoa itu meminta sedang meditasi condong mendengar).

Apabila ada yang menangis, maka sadari dan alami sealamiah karena menangis merupakan bagian dan cara kita menghormati serta memproses emosi.

Sinse Novi

You may also like

Leave a Comment