Masih terngiang pidato bahlul Bahlil di depan pimpinan dan kader Partai Golkar soal Raja Jawa yang ngeri-ngeri sedap dan berbahaya. Bisa celaka jika main-main sama barang itu.
Si Bahlul Bahlil tidak membantah dugaan bahwa Raja Jawa itu adalah Jokowi. Jokowi sendiri ‘cicing wae’ mungkin mesam mesem.
Baru pidato perdana, Bahlil sudah bikin gara-gara. Tema Raja Jawa langsung merajalela di jagad maya.
Jokowi Raja Jawa atau Raja Dedemit ? Ini pertanyaan tidak serius banget. Tapi lumayan jadi bahan renungan saja.
Sejak awal pelantikan periode kedua Jokowi bulan Oktober 2019 lalu atas kemenangan kontroversialnya, kabarnya area pelantikannya dipenuhi banyak dedemit.
Menurut ahli dedemit Ki Sabdo, disitu hadir Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong dan dedemit lain termasuk Jin Kahyangan.
Menurut Mbah Yadi paranormal dari Pati, Jokowi itu ahli laku spiritual dan sosok gaib pelindungnya bukan asal-asalan.
Ada penguasa laut Nyi Roro Kidul, Khadam Soekarno, demit burung Garuda hingga pasukan Prabu Siliwangi. Presiden ditemani tokoh-tokoh gaib dilihat dari sehari-harinya, ujarnya.
Konon Jokowi suka semedi. Di IKN dulu di samping upacara kendi dan tanah, juga menyengaja bertenda.
Dulu Raja Jawa Brawijaya V Raja terakhir Kerajaan Majapahit, memiliki ‘teman’ Sabdo Palon. Saat Brawijaya V masuk Islam setelah didakwahi Sunan Kalijaga, ia mengajak Sabdo Palon masuk Islam tetapi ditolak.
“Kulo mboten angrasuk Agomo Islam”, katanya. Ia mengaku harus “momong marang anak putu” melindungi anak cucu.
Dedemit Sabdo Palon mengakui kemenangan Islam di Tanah Jawa, tapi ia berjanji nanti akan mengganti Islam dengan ajaran Budi Pekerti.
Sumpahnya : “Jangkep gangsal ratus taun awit dinten puniko, kulo gentos ing Agami, Agami Budi kulo sebar tanah ing Jawi”.
Ia menyatakan, 500 tahun sejak hari ini, ia akan ganti Agama Islam dengan Agama Budi. Entah yang Sabdo Palon ramalkan adalah Spiritualitas atau Perdukunan yang tersebar?.
Faktanya meski beragama Islam banyak yang perilakunya tidak berbasis Syari’at Islam dan masih kuat pengaruh Mistik atau Paranormalisme.
Jokowi berlindung pada dedemit, para tokoh politik justru berlindung kepada Jokowi. Partai politik berantakan di bawah kendali Presiden Jokowi.
Hampir semua Ketum Partai seperti berada di bawah ketiaknya. Bahlul Bahlil dengan percaya diri mengancam Pimpinan dan Kader Partai Golkar atas “Kesaktian” sang Raja.
Mungkin Bahlul Bahlil sudah pernah diizinkan melihat Khadam Jokowi.
Seorang beriman tidak boleh berlindung kepada Jin. Jin bawaannya menyesatkan. Berlindung kepada Allah SWT adalah perlindungan yang kokoh.
Namun sebaliknya, berlindung kepada selain Allah SWT itu perlindungan lemah bagai berlindung kepada sarang Laba-Laba.
Dari jauh terlihat Laba-Laba itu membuat jaringan yang hebat. Tetapi jika kita tahu, maka dengan sedikit sentuhan saja sudah putus.
Al-Qur’an mengingatkan hal itu dalam Surat Al Ankabuut (Laba-Laba) ayat 41.
Ketum partai yang berlindung kepada Jokowi seperti kuat demikian juga jika Jokowi berlindung pada dedemit, kelak akan terbukti bahwa semua itu adalah perlindungan yang lemah.
Bahkan dari kaca mata Iman dan Islam, berlindung pada selain Allah SWT dapat dikategorikan perbuatan Musyrik.
Menurut Syari’at Islam, percaya dan mengikuti jalan paranormal merupakan perilaku Syirik. Jika ia tidak segera bertobat, maka dosanya tidak akan diampuni Allah SWT.
Indonesia sebagai Negara ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, harus menjaga kebersihan dalam beragama.
Para pemimpin lazimnya memberi teladan. Jangan sampai muncul pertanyaan, apakah Jokowi itu Raja Jawa atau Raja Dedemit ?
Celaka bangsa ini jika pemimpinnya berjiwa klenik, tidak rasional atau selalu mengikuti petunjuk Jin dan Jun.
Makkah Al-Mukarramah, Kamis 29 Agustus 2024
M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Redaktur: Abdul Halim