MUARA ENIM – Investasi yang ditanamkan untuk proyek hilirisasi batubara menjadi dimetil eter (DME) yang dibangun di Muara Enim, Sumsel tak main-main. Proyek yang didukung penuh oleh Amerika Serikat ini investasinya mencapai Rp33 triliun.
Menteri Investasi yang juga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI, Bahlil Lahadalia mengatakan, bahwa ini merupakan investasi terbesar kedua di Indonesia di tahun ini yakni berkisar Rp33 triliun dan dibangun selama 30 bulan.
“Kami menyampaikan realisasi investasi ini sebesar Rp33 triliun. Waktu pembangunan seharusnya 36 bulan, namun kami rapat dengan air product, kami minta 30 bulan. Dan investasi ini full dari Amerika, bukan Korea, Jepang ataupun China. Ini sekaligus kami sampaikan bahwa tidak benar jika ada pemahaman bahwa negara ini hanya fokus pada satu negara, ini buktinya kita buat perimbangan,” ujar Bahlil disela groundbreaking Proyek Hilirisasi Batubara menjadi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan, Senin (24/1/22).
Bahlil menjelaskan, investasi yang ditanamkan Amerika ini adalah kedua terbesar setelah Freeport di tahun ini. Dari proyek ini, akan menghasilkan lapangan kerja yang cukup besar untuk masyarakat Indonesia, sekitar 12.000-13.000 untuk kontruksi yang dilakukan Air Product. Lalu 11.000-12.000 yang dilakukan di hilir oleh Pertamina.
Nantinya, lanjut Bahlil, untuk lapangan pekerjaan tetap akan ada 3.000 orang, namun ini bersifat langsung. Untuk lapangan kerja tidak langsung, seperti kontraktor, sub kontraktor, multiflyer effect bisa mencapai 3-4 kali lipat dari jumlah tersebut.
“Yang penting hasil output dari gasifikasi ini dapat mengurangi impor kita. Impor kita gas LPG dalam setahun bisa mencapai 6-7 juta metrik ton. Subsidi kita cukup besar. Berdasarkan perhitungan kami, 1 juta ton hilirisasi kita bisa lakukan efisiensi sekitar Rp6-7 triliun. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung hilirisasi ini, untuk mengurangi subsidi impor,” jelasnya.
Dihadapan Presiden Jokowi, Bahlil juga menjelaskan hilirisasi DME tersebut sudah mulai dilakukan sejak tahun 2020 lalu.
“Waktu itu Pak Erick Menteri BUMN melakukan inisiasi dengan Pertamina ke Amerika. Kemudian dilanjutkan pembahasan teknis dengan Pak Arifin Menteri ESDM. Tapi proyek ini belum bergerak. Dan saya ingat, saat saya dilantik, tugas pertama saya menyelesaikan hilirisasi. Dan kemarin di akhir November kami ke Dubai untuk tandatangan MoU investasi air product. Ini kerjasama dengan PTBA dan Pertamina, yang wilayah kerjanya di Sumsel,” katanya. (deansyah)