Home Opini Menggantungkan Hidup pada Manusia Membuat Kecewa

Menggantungkan Hidup pada Manusia Membuat Kecewa

by Slyika

Seorang perwira melati tiga karena usia harus meninggalkan institusinya untuk pensiun. Padahal beberapa tahun sebelumnya, salah seorang seniornya yang nyaris diberhentikan dari pekerjaannya ditolong perwira itu hingga keluar dari “lubang” jarum.

Karir orang yang ditolongnya itu melesat. Hingga bintang empat. Memimpin institusi tersebut sampai beberapa tahun.

Saat mendapatkan pertolongan dari perwira itu, seniornya tersebut pernah janji. Bakal mengurus sekolahnya sebagai “tiket” untuk menjadi jenderal.

“Nanti sekolahmu urusan saya. Tenang saja. Saya yang mengurus semuanya,” ujar seniornya ketika itu seperti dikutip perwira tersebut.

Janji tinggal janji. Perwira itu berkali-kali ikut tes pendidikan tapi tidak lulus dan ngga lolos. Sementara senior yang pernah janji menolongnya sudah pensiun dan tidak pernah lagi menyinggung tentang itu.

Sepertinya sudah lupa pada janji yang pernah diucapkankan. Bahkan (mungkin) merasa tidak pernah menjanjikannya.

Tidak Terwujud
Perwira itu akhirnya pensiun dengan melati tiga. Jabatan terakhir memimpin di salah satu bagian di daerah.

Meski tidak terucap, dia kelihatannya masih menyimpan rasa kecewa pada seniornya yang pernah janji membantunya masuk sekolah sebagai “tiket” jadi jenderal. Janji tinggal janji. Tidak pernah terealisasi.

Belajar dari pengalaman di atas, janganlah pernah meski sekali pun menggantungkan hidup pada manusia. Karena bisa membuat kecewa sebab tidak menepati janjinya.

Ketika janji menyampaikannya tanpa beban. Kesannya jabatan dan kekuasaan yang dimilikinya dengan mudah dapat mememuhi janjinya.

Realitanya tidak semanis saat menjanjikannya. Sama sekali meleset dan tidak terwujud.

Sandarkan Hidup pada TUHAN
Terbaik adalah menggantungkan hidup hanya pada TUHAN. Sang Pencipta sama sekali tidak pernah ingkar janji.

Bahkan dengan caranya sering memberikan bonus yang sama sekali tidak disangka-sangka.

Setiap manusia ada limitasinya. Batasan-batasan termasuk jabatan, pangkat, harta, dan lain-lain.

Kondisinya berbeda sekali dengan TUHAN yang kehebatan dan kekuasaannya tak terbatas hingga kiamat.

Mereka yang menggantungkan dan menyandarkan hidupnya pada TUHAN, sekali pun tidak pernah kecewa. Selalu meyakini semua rezeki yang diperolehnya adalah yang terbaik buat dirinya.

Selain itu paling utama, TUHAN tidak pernah ingkar janji. Selalu menepatinya. Kondisinya bertolak belakang dengan perilaku sebagian manusia.

Belajar dari pengalaman perwira melati tiga yang akhirnya pensiun itu, mulai hari ini dan hingga akhir hayat mari menggantungkan dan menyandarkan hidup pada TUHAN. Agar sepanjang hidup kita tidak merasa kecewa. Aamiin ya robbal aalamiin…

Dari Bogor saya ucapkan selamat berusaha secara optimal hanya menggantungkan hidup pada TUHAN. Salam hormat buat keluarga.

Dr Aqua Dwipayana
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional

You may also like

Leave a Comment