Setiap membaca Surat tentang Mutasi dan Promosi Jabatan di satu instansi, jika ada yang namanya saya kenal dan memasuki masa pensiun, dalam hati saya selalu berucap. “Akhirnya pensiun…”
Tidak ada seorang pun yang kekal menjabat. Semuanya bakal berakhir. Hanya masalah waktu saja. Masing-masing orang menunggu gilirannya.
Setelah pensiun bagaimana? Hal itu sangat ditentukan saat menjabat. Apa yang dilakukan ketika masih aktif bekerja, berpengaruh besar ketika pensiun.
Itu sama dengan yang sering diucapkan banyak orang. Semua sesuai amal perbuatannya.
Jika saat menjabat baik pada semua orang, memudahkan setiap urusan orang lain, dan suka menolong sesama, maka ketika pensiun bakal merasakan balasannya. Semua itu adalah investasi jangka panjang, baik di dunia maupun di akhirat.
Hal tersebut ibarat apa yang ditanam, itu yang bakal tumbuh. Jika saat menjabat selalu berbuat baik dan menolong sesama, maka ketika pensiun bakal memetik hasilnya.
Kontribusi Nyata
Selama puluhan tahun saya suka mengamati perilaku orang yang menjabat. Mereka bekerja di berbagai instansi baik milik pemerintah maupun swasta.
Sedangkan jabatannya baik di level bawah, menengah, maupun atas. Ada yang saat menjabat semakin rendah hati. Memaknai bahwa jabatan itu sebagai amanah, sehingga harus hati-hati.
Mereka yang seperti itu biasanya sukses ketika menjabat. Kehadirannya selalu dinanti-nantikan. Sedangkan kepergiannya, karena mutasi atau pensiun, ditangisi banyak orang terutama yang pernah jadi bawahannya.
Setelah tidak menjabat lagi, biasanya tetap dikenang. Hubungannya selalu baik dan dekat dengan mereka yang pernah dipimpinnya.
Sebaliknya ketika menjabat sikapnya mentang-mentang dan tidak menghargai orang termasuk jajarannya, itu sama dengan “menggali lubang” buat diri sendiri. Mempersulit dirinya baik saat menjalani jabatan itu maupun setelah menyelesaikannya.
Kenapa? Sehebat apa pun seseorang, meski menjadi pemimpin atau komandan, tidak bisa bekerja sendiri. Butuh orang lain untuk membantunya.
Semua jajarannya ada peran masing-masing. Mereka memiliki kontribusi nyata. Jika seluruhnya digabungkan akan berpengaruh secara keseluruhan.
Sakit Hati dan Pikiran
Mereka yang saat menjabat tidak amanah, setelah pensiun akan merasa kesepian. Mantan jajarannya pasti tidak memperdulikannya. Apalagi jika saat menjabat pernah dzolim pada anak buahnya.
Setelah tidak menjabat, baru merasa sakit segala-galanya. Terutama hati dan pikiran karena tidak dihargai orang termasuk mantan anak buahnya.
Padahal salah satu dari banyak hal yang dibutuhkan seseorang dari orang lain adalah penghargaan kepada dirinya. Jika itu saja tidak didapatkannya, betapa menyakitkan.
Materi dan harta banyak yang dimilikinya tidak dapat menggantikan penghargaan itu. Artinya, nilainya jauh melebihi miliknya.
Akhirnya baru timbul penyesalan. Kenapa saat menjabat tidak melakukan yang terbaik. Merangkul semuanya terutama seluruh jajarannya.
Semuanya sudah berlalu. Tidak bisa diulang. Penyesalan juga tiada gunanya karena tidak akan mengubah keadaan dan penilaian dari orang lain kepada dirinya.
Jika saat mengawali menjabat selalu mengingat bahwa seluruhnya bakal berakhir termasuk jabatan, pasti ketika melaksanakan semua amanah itu lebih hati-hati. Menghargai setiap orang dan menjadikan seluruh bawahan sebagai aset utama.
Dengan begitu, meski akhirnya pensiun, tetap dihargai semua orang di manapun berada. Menjalani hari tua dengan penuh suka cita dan bahagia bersama keluarga tercinta. Alhamdulillah…
Dari Bogor saat menikmati aneka makanan yang sebagian kiriman teman-teman, saya ucapkan selamat berusaha agar selalu amanah saat menjabat. Salam hormat buat keluarga.
Dr Aqua Dwipayana
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional